Silent (Love, loyalty and hurt)
keturunan---selama hampir tiga tahun ini, hal itu tak m
cinta mereka percaya, bahwa suatu saat, Tuhan akan m
u menerima gaji bulanan, ia pun mengaj
yang tengah menyisir rambut di depan cermin pun berbal
Dengan antusias, Nathan mengangguk.
. Mas pengen ngajak istri Mas
engan suaminya. Segera mereka keluar rumah. Nathan lebih dulu naik
tangan Nadin, membawa tangan
tanya
lu mulai melaju dengan santai. Menikmati suasana malam ming
jawab terserah." Nadin yang meletakkan dagunya di bahu N
ayam? Eh, enggak-enggak. Coto! Biar anget." Nadin pun memajukan kepalanya,
g pusing tujuh bangunan," ucap Nathan bercanda. Setelah berunding, akhirnya
lupa." Nathan sungguh terlalu, berbicara santai di depan orang-orang yang seda
n malu, mencubit lengan Na
tkan perjalanan. "Singgah bentar di taman, mau nggak?" Nathan mengangguk,
k pada kursi di taman, dan mulai bercerita tentang kisah mereka sendiri. Tetap
anya. Merangkul lagi bahu Nadin, lalu ia b
potong martabak manis ke mulut suaminya. "Manis ya, kayak
gombal," balas Nadin, k
"Asyik deh, jalan-jalan pake motor gini. Berasa balik lagi ke zama
gi, 'kan?" balas Nathan, kemudian mengecup pu
s. Romantisnya nggak pernah berubah dari zaman pacaran, sel
ggak usah sedih-sedih. Mas nggak suka lihat kamu sedih. Mending deh, kamu kesurupan, ketimbang s
jalan." Di detik berikutnya, Nathan dan Nadin pun tertawa
Terkam
*
-adik Nathan--untuk mengunjungi rumah s
ruang tengah. Mengetik pada laptop
amuala
ki rumah. "Wa'alaikumussalam. Wah, padahal baru aja Mas pengen nelfon, mau nga
nya Margie, mencari-cari
wab Nathan. "Hati-hati," timpal Naka. Selalu mempe
rkan isi pikiran masing-masing tentang pekerjaan. Lalu, seketika Nak
terlintas di otaknya. "InsyaAllah, suatu saat ada lebih dari dua
Mas, ya anak-anak kamu dong yang harus ramein ni rumah. An
pria itu memiliki sifat yang sangat dewasa. Apa pun itu keadaannya, dapat ia ubah bak
i kedua pria itu otomatis mengernyit, menghirup
tu. Melotot, berdiri, kemudia
..." Seru
tertawa, melihat suami-suami mereka yang ber
an aja," lontar Nath
an sebelah matan ke arah suaminya, yang ciuman jauh dari suami tercintanya itu. Malam minggu merek
sam