Hello Love Sign
i, jika saja dia terlahir di keluarga sederhana yang hangat dan saling mendukung, pasti tidak akan ada lagi parasit yang mengganggu hidupnya demi hal-hal duniawi. Namun tunggu dulu, jika dia hi
yang selalu ia baca ketika masih kecil. Daripada bermimpi seperti remaja berusia belasan, lebih baik dia tetap menjalani kehidupan penuh persona dalam
ada aroma maskulin yang sejak tadi menggelitik hidungnya. Dia menarik napas dalam-dalam, sisa aroma pinot noir di hidungnya berpadu dengan aroma maskulin yang baru saja menguasai indra penciumannya, 'Hmmh, memabukkan. Gawat! sejak
elaks seperti sekarang malah membuat pikiran keruhnya selama beberapa bulan ini menjadi cerah seketika. Dia seolah menemukan hal yang sudah lama dia cari dari lawan jenisnya, "Apa kau mengganti parfummu, Dude? Kenapa aku baru tahu kau punya aroma ini. S
pasti pria itu bukanlah Alex Ford si Partner In Wine-nya. Jadi, dari tadi ia sedang mengoceh di depan orang asing? Untuk kedua kalinya?! Ditambah tak memerhatikan manner karena ca
ah bercampur malu dan sedikit geram melihat reaksi pria asing yang terus saja menatapnya dengan tatapan geli ini, tapi ia juga heran kenapa ada pria asing
telah menormalkan degup jantu
p Phoebe lekat-lekat- "Priamu? Seperti yang baru aja kau u
ab pertanyaan sopannya dengan gaya bicara seolah mereka sudah kenal akrab. Ia segera mengedarka
yang tak bisa ditunda, sepertinya Alex sedang ada masalah serius juga sepertimu." Pria asing di depan Phoebe memberikan sebuah informasi yang m
sana tadi? Apa Alex yang memintamu keluar atau kau memang sengaja keluar ka
h dulu dengan menunjuk ke arahku sambil mengklaimku sebagai milikmu di depan banyak saksi mata," tegas pria asing itu lag
tak Phoebe menangkap sinyal bahaya. Ia dibuat gelagapan saat menyadari siapa lawan bicaranya. Bukan begini alurnya, aturan permainan ini jadi kacau karena ada satu pemain baru yang tiba-tiba masuk dan m
apa masuk akal kalau aku mengklaim seseorang yang bahkan baru
ntuk membuatnya menjadi kenyataan,' batin "Prianya" Phoebe. Pria asing ini memang lawan sepadan untuk seorang Phoebe Amaya Breslin. "Kalau begitu ayo kita berkenalan dengan cara yang benar.
cil itu sangat wajar terjadi? Lebih baik tak usah kita perpanjang lagi, OK?!" tolak Phoebe diplomatis. Dia baru saja keluar dari mulut buaya, masa sekara
makan malam di sini juga sambil menunggu Franz datang, tapi tidak dengan keberadaan pria as
pisnya. Belum juga tangannya berhasil meraih handle pintu coupe hitamnya, ia tiba-tiba merunduk memegangi perutnya sambil merintih kesakitan. Apa efek pria asing tadi sebegini kuatnya sampai tubuhnya beraksi berlebihan seperti sekara