Hasrat Sang Guru
a di hadapanku. Sebuah bangunan universitas yang bergaya klasik dengan warna terakota mendominasi hampir seluruh bangunan. Indah. Dan keren. Dua kata itu tak henti kukatakan untu
u sangat tertarik untuk mendaftar program itu. Dalam benakku langsung terbayang bahwa aku akan mempelajari berbagai bahasa kuno dunia yang merupakan akar dari bahasa-bahasa yang digunakan saat ini. Tanpa menunda lagi, aku segera mengecek persyaratan program per
gram tersebut masuk ke akun surelku. Dengan hati berdebar, kuklik surel itu dan aku l
suara lantang. Kuabaikan pandangan
. Senyum lebar di wajahku memudar seketika. Ya, aku sama sekali ti
elihat lagi ke arah petugas ruang baca, aku pu
g gadis berambut pirang. Ia menatapku sebentar sebelu
belok kanan. Ruang akademik ad
." Ujarku sam
tertutup. Di bagian atas pintu tersebut terdapat plat dengan tulisan akademik menggunakan huruf kapital seluruhnya. Perlahan kudorong salah satu pegangan pintunya. Tepat ketika pintu yang kudorong terbuka, aku melihat bebe
n mahasiswa. Menurut surat yang saya terim
atan laki-laki itu mengetikkan sesuatu. Setelah mengetukkan telunjuknya pada
yanya yakin. Refleks, aku
g terakhir program pertukaran m
uk. Laki-laki ini bi
emilih mata kuliah Bahas
ar,
ahasa Tamil tidak dit
gar penjelasan lak
berusaha menyembunyikan kekesalanku. Rasannya aneh saja, untuk kampus yang k
i. Aku hanya merespons kalimatnya dengan oh yang sukar ditafsirkan. Namun, kemudian aku berkata pada diriku
engikuti mata kuliah Bah
wamu secara penuh. Sebagai gantinya, kamu bisa mengikuti k
u sudah bersiap untuk beranjak dari hadapan l
Sansekerta. Dan pukul 18.00 klub yoga akan mulai latih
mendaftar di klub yoga, kamu datang saja ke gedung C yang ada di bagian belakang bang
ar berisi jadwal kuliah karena petugas itu mengatakan bahwa hari ini ada jadwal kuliah Bahasa Sansekerta. Setelah melihat kolom yang memuat keterangan ruang kelas, aku pun melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku. Sepasang jarum pada jam tanganku menunjuk ang
Ujarku setelah membu
mpatku. Aku terkesima dengan dosen pengajarku. Ya Tuhan, kenapa dia begitu tampan. Keluhku dalam hati. Ya, do
senyum. Duh, senyumnya manis sekali
melangkah perlahan sambil mengedarkan pa
ali terdengar. Refleks, aku menoleh ke arahnya. Kem
Thank y
apannya sih? Keluhku lagi setelah mengem
an Surya. Saya akan memberi kuliah Bahasa Sansekerta. Selain itu, jika kalian berminat
an dosen itu. Apa? Dia juga me
*