Hasrat Sang Guru
endengar panggilan Vidwan yang tiba-tiba. Tak berselang lama, Vidwan mengulangi panggilannya sekali lagi. Kali ini Grisse segera beranjak dari duduknya. Dengan se
ambil melongokkan kepal
. Ia melangkah masuk kemudian menutup pintu kamar perlahan. Grisse memilih diam mematung di tempatnya berdiri. Sambil mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar Vidwan, Grisse bertanya-tanya dalam hati, men
iss
, S
mu masih a
Setelahnya Vidwan muncul dalam balutan handuk mandi warna putih yang menggantung di pinggang. Refleks Grisse memutar tubuhnya. Ia benar-benar malu melihat gur
s itu. Grisse menundukkan wajahnya semakin dalam. Ia benar-bena
ersenyum geli. Terlintaslah sebuah
sih takut untuk melihat Vidwan. Tanpa ragu, Vidwan meraih ujung handuknya yang terse
sana." Vidwan berkata dengan nada tegas sambil berusaha menyembunyikan
a." Grisse mengacungkan dua jari
kan. Vidwan maju selangkah, mendek
kedua ujung hidung mereka. Lagi-lagi sensasi dingin menerpa ujung hidung Grisse. Vidwan kemudian menempelkan keningnya pada kening Grisse. Ia menarik napas dalam kemudian mengembuskannya perlahan. Gairahnya telah
a sengaja untuk tidak terburu-buru menjulurkan lidahnya. Ia masih ingin menikmati bibir lembut Grisse dengan bibirnya. Memang terasa aneh, seperti muda-mudi yang baru belajar berciuman, tapi
sse.
a,
aplah d
ak,
nap
antas." Grisse bing
ak memutuskan. Menil
pi.
embantahk
r mendengar Vidwan
ra memperlakukan perempuan dengan ba
aplah d
risse. Vidwan menarik wajahnya. Menc
maksu
menginap. Aku belum mandi dan
wan tersenyum kemudian kembal
ehingga kau tidak per
Vidwan bingung. Ia tidak bisa men
Pakaianmu bisa kamu cuci malam in
aimana de
rinya akan menjadi setengah telanjang jika menyetujui saran Vidwan. Grisse ragu. Selama ini ia tidak pernah tidak memakai pakaian dalam. Mungkin sesekali ia masih tidak men
ai kemejaku, Grisse." Lagi, Vidw
rbuka. Refleks Grisse menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya Vidwan berdiri mematung di pintu sesaat. Kemudian dengan gerak cepat dan terkesan terburu-buru, Vidwan melucuti pakaian yang menempel di tubuhnya. Segera setelahnya ia bergabung dengan Grisse. Berbasah-basah di bawah kucuran air yang mengalir cukup deras dari shower. Vidwan menyergap bibir Grisse kemudian memagutnya. Kedua tangannya berada
selanjutnya. Dengan ibu jari dan telunjuk yang mengapit puncak kecoklatan payudara Grisse, Vidwan p
sambil meloloskan desahan panas. Membuat Vidwan
ik Vidwan lembut. Suara lirihnya bersaing den
polosnya. Vidwan menyeringai. Ia pun kemud
asih p
a,
ku memintan
*