Cinta Untuk Nadia
h-oleh Un
Na
kalinya aku mengunjungi rumah Paman Abdull
dua tahun sepertiku, mau membawa dua kardus besar dan
lupa asal usulnya, tapi yang jelas waktu itu aku mengucapkan, "Pasti akan aku beri
lah waktu itu, dengan nada ya
Mas Farid, mengejekku setelah dia mengkhitbah Mbak Syifa. Sebenarnya, seharusnya dia yang
Sebenarnya tadi Ummi sama Abah sudah menyarankan agar dibantu oleh Ma
u bisa hemat waktu dan tenaga. Hhh ... tapi aku juga nggak mau menging
ah mengatakan itu! Memang penyesalan itu selalu datang terl
erharga, karena dia yang membelikannya sendiri untukku. Ya, dia ... Farhan. Ses
i macam jajanan khas Mesir, karpet, souvenir, dan yang khusus untukku adalah sebuah jilbab dan bur
n, dia ... melamarku. Aaa ... wanita mana yang tak bahagia,
tak boleh berpacaran. Akhirnya, hanya doalah yang selalu kupanjatkan pada-Nya, agar
i dan juga diriku yang menyambutnya. Seharusnya ada Paman,
n aku, sebenarnya ada empat bersaudara, tapi ketiga kakakku telah t
am hati selalu berdoa, semoga aku segera mendapat seorang adik. Namun apa daya, kala
*
i gerbang pesantren milik Paman. Aku langsung turu
angat berat! Bahkan tanganku sudah merah-merah semua akiba
akan kumintai bantuan. Namun sayangnya, sudah sekitar sepuluh menit
adzar, atau memang kebetulan seram, sih? Lalu kulihat seorang p
boleh ketinggalan! Siapa pun dia, a
untuk membawakan salah satu kardusku. Namun ternyata, dia
embawakan kedua kardus itu. Alhamdulillah ... akhirnya
k menunggu. Kutemui Paman Abdullah, yang waktu
hnya, kemudian segera mengulurkan tanga
jawab beliau sembar
ulu, Nad? 'Kan bisa dijemput Irsya, kal
nak-anaknya yang nyebelin. Apalagi si Irsya itu, rempong!
ripada dijemput sama Irsya yang doyan ngomentar
menggelengkan kepala, "Dia itu cuma kangen sama mbaknya, Nad.
rnah bertemu. Dulu, kami selalu bersama. Dari sekolah MTs sampai MA, tak perna
upa. Itu, di depan ada oleh-oleh buat Paman. Ng
Paman sudah dikasih, deh, sama
ka." Tanpa menungguku berucap dua kali, Paman seg
lelaki yang tadi menolongku. Beliau mema
padanya, "Usaha yang bagus, Nak, semoga berhasil!" Na
apa, ya? Jiwa keingint
a, sudah ada Irsya yang tengah membantu Bi
apulaga, tapi sekarang ... jangankan menc
Bi," sapaku, tersen
m memandangku. "Ke sini sama sia
i, Bi,"
ulu, Nad? Kan bisa aku
nyebelin, ngomel mulu," tegasku
ngagetkanku. Aku menoleh, terl
oleh-oleh,
sya menata
senyum, mengingat semu
emoga ... kita be
ia, nih, Bah. Jangan-jangan dia udah kepin
bisa jadi fitnah kalau memang nggak ben
mpakkan tampang sekonyol mungkin, agar
aman yang bertanya. Mau tida
Dia ... anak Kyai Abu Salam, orang ke
an tahu kyai
kirkan. Apa mungkin beliau tidak senang mendengar k
pa?" tanyak
k apa-apa. Apa kalian pacar
pun tiba-tiba tanpa memberitahu lebih dulu.
sudah la
us, tapi beda fakultas. Dia laki-laki ya
Ya, semoga saja,"
? Kenapa Paman ter
*E