Turn Back Time
tampak bersih dari awan putih. Namun, cuaca seketika berubah. Angin bertiup ribut menggoyangkan dedahanan sampai
erpindah ke rumah makan beratap atau bahkan segera pulang ke rumah. Beberapa pekerja
jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Begitu gelap dan ding
saat berdiam diri. Termasuk seorang pemuda berusia 20 tahun yang tengah d
resso di dalam cafe. Laptopnya masih menyala menampilakan laporan yang belum selesai ia kerjakan. Itu adalah lap
galkan teman-temannya yang dulu sama-sama masuk dengannya. Sejak kecil dia selalu m
pus untuk menjadi mahasiswa mereka, dan dari sedikitnya orang pilihan UGM dia termasuk di dalamnya. Dia seben
embali ke tempat tinggalnya saat liburan akhir semester. Tapi, tidak bagi pemuda bernama lengkap Ageng
adiknya. Adiknya yang usianya hanya terpaut empat tahun itu.
erisik dan mempermalukannya berkali-kali. Kalau bisa memilih dia hanya ingin tin
irkan, sekarang adik kembarnya meneleponnya.
ang! Operasi Elang gagal,
armer cafe. Beberapa pengunjung cafe menatapnya heran. Tama seger
kan menutup laptop tersebut tanpa mematikannya terlebih dulu. Pikirannya kalu
turun membasahi bumi. Aroma petrikor memenuhi indra penciumannya. Membua
an ponselnya yang mati akibat jatuh. Membeli tiket ke Kota Singa. Bagusnya ada ke
erafalkan doa agar langit segera cerah dan pesawat diizinkan lepas la
pa membayar ongkos taksi. Dia berlari mengurus administrasi yang diperlukan bahkan menanyakan apakah pesawat
wat mereka. Bahkan jadwal yang seharusnya tiga puluh menit lalu di undur. Tama menundukkan kepala
ya berkelana pada kilasan masa lalunya. Tentang hubungannya dengan si bungsu yang ta
orang menatapnya heran sekaligus khawatir. Bahkan dia dengan bodohnya duduk memangku tas laptopnya tanpa membawa barang-barang yang akan ia perluk
ia mencoba ingatan itu membuat air matanya merembes keluar. Memba
g meneleponnya. Kali ini ibunya yang menghubunginya. Dia menarik napa
in adik kamu, Ta? Unt
ia durhakai. Kepalanya sakit hanya karena kilasan masa lalu terus berp
, aku akan
idak sanggup menahan isakan apalagi suara parau dari ibu
mimp
taan ini. Satu orang yang tidak pernah ia harapkan pergi untuk selama
jahnya kasar lantas menatap jam dinding yang terpajang tak jauh dari tempatnya dud
ng ia inginkan tak bisa ia miliki? Otak geniusnya seketika memiliki iq dua angka
a saja yang mengganggunya. Waktu, langit, pesawat, bahkan orang yang duduk
esso yang sebelumnya ia idolakan. Dia benci taksi yang berjalan lambat. Ia benci laptopnya yang terasa merepotkan dirinya. I
uk nap