Turn Back Time
n putrinya telah selesai. Ketiganya masuk ke dalam ruangan dan melihat ada makhluk kecil yang baru di kehidupan mereka.
g ibu yang tersenyum kepadanya. Dia ikut tersenyum. Di sebelahnya, Fajar ikut berjinjit untuk melih
h yang melihat Fajar syok ikut terkejut. Memangnya ada apa deng
io menggendong putrany
ik kembarnya, mengerjap tidak mengerti ucapan sang adik. Baginya adiknya yang baru
an menjauhkan terlebih dulu Fajar adik putra kecilnya. Bagaimanapun putranya memang masih k
a ibunya. Dinda yang semula fokus melihat Fajar ya
a. Dia sedikit membenarkan posisi tidur putra kecilnya seka
enangan mendapat persetujuan untuk menyentuh sang adik kecil. Dia berjing
kan tangan menyentuh pipi cucu kecilnya. Tama mengangguk dan terseny
tidak mengerti, "apa dia juga bisa berlari?" tanya Ta
Sekali lagi dia membenarkan posisi si kecil agar lebih nyaman, "setelah dia tumbuh, dia akan bisa berlari seperti kakak dan adek," lanjutnya mem
noel-noel pipi adiknya. Bayi itu bergerak gelisah mendapat s
cuma boleh lihat," jawab Dinda den
ar Sarah melihat tangan kecil cucunya
tidur?" tanya Tama menatap w
Tama sama Fajar juga dulu tidur terus. Hanya bang
ari, kok bisa capek?"
ntun dari putranya. Tapi, apa boleh buat. Anak seusia Tama mema
s menghindari pertanyaan dari Tama. Dinda terkekeh dan membiarkan kedua orang
lang. Hal pertama yang ia lihat saat masuk rumah adalah perkelahian si k
tidak habis pikir dengan kedua cucunya itu. Untungnya mereka
ri merengek minta dikeluarkan dari pagar di ruang tengah. Gio membuka pagar setinggi lututnya itu agar si kembar bisa keluar.
duk di sofa ruang tamu. Dia bisa melihat bay
awab Dinda dan sedikit memperlihatnya
biasa dengan rupa sang adik. Dia akhirnya memilih bermain sendiria
nda tersenyum melihat si sulung tampak begitu pe
rbuka selebar mata ade
erdengar. Gio yang baru kembali dari dapur m
. Bocah genit itu mengatakan kalau dipanggil adek itu tandanya dia
kakak!" lanjutnya d
knya ikut-ikutan dipanggil kakak. Baginya kakak itu or
gadu tentang kakaknya yang menyebalkan. Sementara Tama tidak peduli dan sibuk melih
up mata, kemudian m
ah terpesona putra sulungnya. Sejak awal Tama memang belum pernah melihat adiknya
et saat di dalam kain ada yang bergerak. Dinda ikut terkejut melihat reaksi putranya, "tidak apa-apa, ini tangan adek bayi," jelasnya. Dia
erti itu?" tanyanya m
u menyentuhnya?" tanya Dinda. Tama menatap ibunya ragu-ragu. Mendapat anggukan dar
hanya duduk di pangkuan bapaknya dan bersandar di perut keras bapaknya. Memperhatikan kakaknya yang tertawa lirih tampak
mata kecil itu mere