Turn Back Time
elesaian. Si kembar telah tumbuh menjadi siswa sekolah dasar. Si bayi kecil dengan mata kecil itu juga tumbuh me
ekali dia akan menyambangi kedua toko miliknya itu bersama si bungsu sekalian menjemput dua putranya. Tama dan Fajar begi
dia tidak ada teman bermain. Di ruang tengah si kembar tampak asik menggambar dan mewarnai sebagai t
membuat Dinda tersenyum. Dia berjongk
ingin main apa," ujar Dinda membujuk Elang agar ke
ukannya ikut sedih Dinda justru merasa gemas dengan putra bungsunya ini. Dia men
sih kertasnya biar bisa gambar juga!" pinta Dinda. Tama memberikan selembar kert
ran. Padahal tadi ketiganya asik bers
nya membuat hidung itu makin memerah. Tama mengangguk
ang sudah tengkurap di karpet dan mencoret-coret kertas. Elang mengangguk da
tian pada Elang. Sesekali kembarannya itu akan memuji gambar jelek adiknya membuat dia mer
" tanya Fajar menunjukkan gamba
an tidak bisa membuat robot," ujar Tama memuji. Tapi tampa
Tama meringis canggung mendengar penjelasan gambar yang ia kira rob
Lihat gambar
akaknya. Tama meringis melihatnya dan mengacungkan kedua jempolnya. Dia melirik ad
bisikan menjauh menutup telinganya, seolah mengatakan dia enggan mendengar apapun
u segera mengangguk dengan semangat. Dia juga ingin memberi warna di kertas gambarnya seperti milik
mperhatikan kembarannya yang hanya mewarnai ulang gambarannya. Itu sudah selesai, harusnya
dan memasukkan semua pensil warnanya di dalam kotak. Meletakkan kotak tulisnya di atas kertas gambarnya.
tas menggerakannya kencang sampai ibu yang melihat berteriak memperingatinya untuk berhenti. Kakaknya yang akan me
n sebelah ayunan Fajar. Fajar menoleh dan mengangguk. Dia tidak mar
dan memiringkan kepalanya tidak mengerti. Dia selalu peduli pada adik-adiknya, bapaknya bilang dia harus m
mengungkapkan isi hatinya. Dia menunduk, mengingat saat bapaknya yang pulang kerja langsung menghampiri El. Ata
diinginkan adiknya. Padahal selama ini jelas semua menyayangi Fajar termasuk dirinya. Tapi, melihat wajah sedih F
nang akhirnya bisa membuat adiknya tak lagi sedih. Mereka mulai mengayunkan ayun
mewarnai. Yang penting Elang merasa senang dia tidak mengatur kedua putranya untuk terus bermain dengan si bungsu. Dia tahu kedua putranya sudah beranjak menjadi anak-a
lu kencang!" dari ambang pintu belakang,
utan berseru dengan riang. Perasaan hatinya
n dunianya sendiri. Menggumam dengan bahasa bayi dan bersorak sendirian dengan hasil karyanya. Dia lantas berdiri m
ya Dinda menerima kertas gambar tersebut. I
alu-malu sembari menggoyangkan
. Elang tertawa riang menerima usakan kepala ibunya di perutnya