Pondok Mertua Indah
rdengar suara sese
rsebut. Kepalanya menengok ke kanan dan kiri, mencari si
n berjalan. Senter yang kadang hidup dan mati, ditepuk-tepuk agar menyala. Sarungnya yang sedikit melorot ke pinggang
a seseorang terdengar liri
u-takut yang melakukannya bukanlah makhluk kasatmata. Melainkan sosok setan yang sering diceritakan orang-orang di pos ronda
Parmin berusaha untuk tidak berlari walaupun
min, lihat k
r ke bawah. Namun, jalan setapak becek yang dipijak tak menam
bah darah dengan pisau masih menancap di perutnya. Darah itu bahkan terlihat tidak lagi merah pekat, tetapi kehitaman. Keterkejuta
dih sekaligus. Mendapati seorang yang begitu berpengaruh dengan kead
genggaman langsung jatuh menggelinding. Parmin kebingungan dan panik. Semua isi pikirannya terasa buyar
dengar dari Juragan Dirja.
antuan ke warga lain. Saya mohon Ju
annya ditepis halus oleh Juragan. Parmin k
udah gak kuat lagi!" Juragan Dirja berkata dengan napas terengah-engah. T
a takut, lebih baik kita ke dokter.
un, tangannya malah dipegang Juragan Dirja dan di ara
in menjauhkan tangannya, tetapi semua terlambat. Juraga
ma saya. Sekarang Bantu saya mencabut pisau ini!
menarik pisau dengan sekali hentak. Eranga
ke telapak tangan dan sarungnya. Tanpa Sadar Parmin mundur der, Bodoh!" Juragan Dir
kan karena keadaan Juragan saja, melainkan ... sosok wanita berkebaya putih yang berdiri di tengah jalan d
Juragan Dirja juga melihat sosok yang sama, kemudian berkata dengan eks
. Parmin benar-benar dibuat tak berdaya, seperti kehilangan akal. Bukannya berlari, dia malah mengambil senter dan mencob
nar senter langsung meredup. Parmin menepuk-nepuknya dengan ce
teriak Par
r, wajah penuh lubang, darah dan belatung muncul di depan Parmin
ndangan terasa berputar. Parmin berkedip beberapa kali, berusaha mengenyahkan penampakan yang masih setia berdiri
rian ini. Parmin masih menahan nyeri di perutnya, kuku-kuku tajam kaki
tak berguna!" bentak wanita di a
n saya." Parmin memoh
itu terus tertawa dengan nada y
eperti tersayat-sayat. Kemudian wanita itu berpindah ke atas dada Parmin da
an, tekanan pada dadanya tiba-tiba berkurang. Dia merasa aman sebentar, tetapi itu tak bertahan lama.Saat d
ng. Melihat itu, Parmin dikuasai rasa takut yang luar biasa, dia merasa akan diperlakukan seperti itu juga bila masih diam
inga. Parmin menangis, dia takut, panik, syok dan merasa terancam. Selangkah demi selangk
amun, tak ada satu orang p
a pusing yang menyerang kepalanya dan membuat semuanya tera