Pondok Mertua Indah
ada benarnya. Keluarga Juragan Dirja pasti akan mengatakan hal-hal menyakitk
nyum kecil Nengsih yang mulai
i-ha
*
ggenggam sarung, mulai merasakan takut. Dia tak punya pilihan
sambil mengetuk pintu kayu
Biasanya orang yang meninggal akan dibacakan yasin, tetapi ti
a pintu. Mata tajamnya
tanyanya, ta
Dirja. Saya anaknya Parmin. Orang
anita yang bertanya tadi. Dia memandang
tunggu sejak t
" tanya Neng
ngsih memilih menurut saja dan ikut masuk. Pandangannya langsu
ng mereka kenakan bukan warna hitam atau pun putih la
ng atasnya ada sebuah kain putih . Neng
encari kamu." Wan
dari duduk dan mengh
itu, kepada Nengsih. Dia berlalu
ekor pria yang dipanggil Bram tersebut. Setelah b
kan d
lit. Dia tampak biasa saja setelah kejadian yang menimpa Juragan Dirj
majuan, Nengsih b
nyakan tuduhan Anda
inya tidak bersalah. Tapi, ha
berdiri. Dia meremas sarung kemudia
ah jawaban dari kematian Juragan. Pemilik jejak kaki berdarah itu pel
egitu tenang-tidak perduli
cerita. Bapakmu bi
tap mata Bra
n mendekat. "Me
uk akal itu tak pernah ada dalam benak Nengsih sekali pun. Omongannya seperti
sudah ti
sen sadar dengan
i sini! Anda bukannya berkabung, malah meng
nnya dengan sorot tajam. Dia berdehem dan mund
aran, tapi persyaratan.
ia memejamkan matanya m
kan. Aku bisa jamin, Pak Parmin akan menderita
gkan nasib bapaknya di sana k
a se
*
ntai. Dia sama sekali tak memiliki kata-kata untuk disampaikan terhadap ibunya, kalau
juk. Namun, kali ini tak ada pilihan lain. Wanita muda itu akhirnya
harus bebas dan menceritakan duduk permasalahannya aga
nya, sambil melangkah p
sekali kehadiran anaknya. Mirah terus bergumam, "Kapan pulang, Pak." Berulang-ulang, dengan s
, Buk." Nengsih berkata dengan pelan, di
n. Kamu tahu 'kan, bagaimana mereka?" Mirah menepis elusan tangan anaknya dengan ka
ya, dan saat dia tinggal di sana. Pemikiran itu membuatnya kalut dan tak bisa berpikir jernih untuk sesaat. Namun, keadaan Mirah yang rapuh membuatnya tak
pi rumah. Besok, bakal banyak orang yang datang." Nengsih kembali berkata pelan s
di pungggungnya tadi rasanya terlepas ketika mendengar penuturan anakn
mencuci semua sarung yang berantakan di kamar. Mirah pergi ke kamar mandi, mengisi bak dengan air dari sumur yang dia timb
ng tadinya putih berubah menjadi merah pekat. Mirah
takutan. Wajahnya panik saat me
sam