Pondok Mertua Indah
depan kamar mandi, langsung menghampiri
apa,
ah mengarahkan jari telunjukn
gan darah seperti berlomba-lomba keluar dari bak mandi.
ak agar darah itu cepat terbuang. Namun, belum juga memegang pinggiran wadah besar itu, tiba-tiba t
bisa berbuat apa-apa. Melihat anaknya, Mirah kalang kabut dan menarik Nengsih dengan sekuat tenaga, t
un, Nen
. Kepalanya terasa pusing, dadanya sesak luar biasa, dan telingany
tu meraih kepalanya dan menenggelamkannya ke dasar bak penuh darah. Nengsih tentunya
dan sekali hentak, dia bisa terlepas dan kembali ke luar bak. Napasnya tersengal-sen
busa detergen. Nengsih mengikuti arah pandang Mirah. Dia juga tersentak tak percaya. Pandangan Nengsih perlahan turun ke tubuhnya. Dia
gganggu keluarga kita, Nengsih.
*
i kamar Nengsih. Mereka menunggu kepulangan Parmin yang katanya nan
dang, keduanya memutuskan untuk bersama-sama membuka pintu. Takut kalau di
i sana sudah berdiri Parmin
lang, kami sudah n
diam membisu dan tak ingin menyambut pelukan hangat dari istri ser
asuk kamar. Parmin me
. Biar ibu yang buat kopi. Kamu ist
gatakan besok. Dia sud
engsih akan bicara s
pikir perkataan Nengsih pasti sangat
n sedikit gula. Kemudian dia berjalan ke kamar dan memberika
elah karena terdengar suara dengkuran yang cukup keras. Padahal
dengan kejadian hari ini. Semua tubuhnya terasa lepas dari
sedang memaki Parmin. Lama kelamaan suara putrinya itu t
ang dia rasakan dalam mimpi menjadi kenyataan. Nengsih tampak berada
ngsih mengarah ke Parmi
paruh baya itu menghampiri anaknya dan mencoba merebut benda yang mengkilat ta
u! Dia bu
sadar! It
benar, Mirah. Aku b
ih menutup mulutnya, kedua bola mata gadis itu membulat terkeju
iapa k
orang wanita berkebaya lusuh dengan sanggul rambut yang berantakan. Bagian tubuh yang
kan lebih. Mirah dan Nengsih berpegangan tangan. Mereka sebenarnya sedang diliputi
in?" tanyanya tanpa beranjak
elah Dirja. Parmin adalah pemi
t apa pun!" Mirah berteriak meski matanya
angkan. Apalagi, kehadiran sosok yang sangat menyeramkan di antara mereka. Seakan membuat semua perhatian keduanya tak bisa beralih. Hanya tert
seperti suamimu, lelaki bersih dan suci, apalagi anakmu yang masih gadis, dia adalah budak yang cocok
erkejut dengan perkataan setan wanita di ranjang itu. Penawaran yang t
dengar. Ibu dan Anak itu refleks berjalan keluar dan membuka pintu. Di sana tampak