Rentang Waktu Di Antara Kita
ebuah kafe di kawasan Senopati, laptopnya terbuka, namun fokusnya terpecah. Ia menggeser layar po
ina. Foto profilnya sederhana, menampilkan senyuman le
cari teman diskusi ya
apa gue buka aplikasi ini sih?" Namun, en
" gumamnya. Dia meng
neran suka kopi atau
datang
ka beneran kok. Kam
n melebar ke buku, film, dan hal-hal ringan lainnya. Kian terkejut dengan cara Selina menjawab
iri kerja
atu rumah sakit di
Aku baru lulus kuliah, lagi cari k
gitu. Bisa jadi part
elom tau mau kerja di mana.
k. Aku udah 10 tahun
aneh, karena biasanya ia bosan dengan obrolan di aplikasi semac
°
ali saling bertukar pesan, Kian membe
? Mungkin kita bisa ketemu,
pan sih. Tapi, ketemu
kamu butuh temen disk
ggak mau ketemu dokt
ku dokter yang
°
ntuk pertemuan pertama mereka. Tempatnya tidak terlalu rama
yang digulung hingga siku. Dia melirik jam tangan, merasa
ang. Rambut hitam panjangnya tergerai rapi, mengenakan kemeja putih d
" Kian m
mendekat. "Hai, Kian, ya? Maaf
u datang," jawab Kian, be
mpat canggung selama beberapa detik. Na
tanya santai?" tanyanya
g. Kamu gimana tadi, pe
akarta macetnya ng
. Kamu belum ngerasain Jaka
dan penuh energi dibandingkan saat mereka berbicara di aplikasi.
ter, Ki?" tanya Selina sa
kritis. Tapi aku suka, soalnya kerjaan i
akin pengen kerja di rumah sakit
coba lamar di tempat aku
kita kenal ya, aku pengen diteri
ka pintu, sisanya
"Deal. Tapi aku inge
esuatu yang jarang ia rasakan dengan orang lain. Selina pun merasa
berbisik pelan, "Makasih ya, Ki. Aku ngga
sen ngobrol sama aku,
baikan tangan. "Sampai ket
°
nnya terus memutar ulang momen pertemuannya dengan Sel
dangi layar ponsel. Dia menatap profil Kian di ap
ai, tapi dalam ba
menjadi awal dari cerita yang a