Rahasia Kelam Seorang Istri
ir tempat tidur, tangannya menggenggam erat selembar foto lama. Foto itu menangkap momen kebahagiaan mereka, senyum lebar di wajah Arya
nyak bicara, menatap jauh, menjauh setiap kali Alina mencoba mendekat. Alina tahu Arya sedang berjuang, dan ia merasa terjebak di antara harapan da
tu tenang, bahkan seperti bisikan, tetapi cukup untuk membuat jantung Alina berdebar ke
suatunya di matanya-sebuah kilasan yang membuat harapan kecil di dada Alina berkobar. "Aku ingin
, memberi ruang bagi Arya untuk masuk ke dalam kamar. Keduanya duduk di ujung tempat t
nah membayangkan hal ini terjadi padaku. Aku selalu percaya bahwa kejujuran adalah dasar
ya memberitahumu lebih dulu. Tapi itu bukan berarti aku tidak mencintaimu, atau aku
gabaikan kenyataan, Alina. Kau tahu itu. Setiap kali aku melihatmu, aku tidak bisa menghilangkan gambaran tentang
at masa lalu itu, bagaimana kita bisa melangkah maju?" Alin
ina. Aku tidak tahu jika aku bisa melupakan semuanya, atau bahkan memaafkanmu. Tapi a
kan semua perasaan yang selama ini ia tahan akhirnya meluap. Ia ingin berteriak, memprotes semua ketidakadilan
i dari awal? Meskipun sulit, meskipun kau merasa aku sudah kehilangan se
mencapai puncaknya. "Mungkin... kita bisa mencoba," jawabnya, suaranya seperti bisikan, penuh keraguan. "Tapi aku
dah. Mereka sedang berjalan di atas tali yang rapuh, dan setiap langkah yang mereka ambil semakin
gan suara yang penuh keyakinan. "Aku akan berjuang,
, ada seberkas senyum kecil di wajahnya, meskipun terlihat sangat rapuh. "Aku tidak ingin
ari jalan di antara reruntuhan yang telah terjadi. Meskipun masih banyak yang harus diperbaiki, ada sesuatu yang
ih banyak air mata sebelum semuanya kembali seperti semula. Tapi untuk saa