Janda Bertemu Dengan Duda
pengingat bahwa dunia tak pernah berhenti, bahkan saat dirinya tengah terperangkap dalam hening yang tak berujung. Di balik mata yang lelah, tampak refleksi wajahnya di cermin
nya bangkit setiap hari: anak-anaknya, Alif dan Hana. Mereka adalah alasan mengapa ia harus bangun pagi dan melawan rasa sakit yang kadang hampir tak tertahankan. Alif, dengan mata bulat dan tawa yang men
ngar anaknya mendekat, tapi ketenangan dalam suara Hana membuat hatinya teriris. Anak kecil itu tahu lebih banya
"Iya, sayang. Tapi kita masih punya satu sama lain, ka
gak sendirian. Ada Ibu, aku, dan Alif. Kita bisa jad
ang rapuh. Di luar, hujan semakin deras, membasahi dunia yang terasa sepi. Tapi di dalam apa
, berdiri di samping tempat tidurnya. Di tangannya, ia memegang boneka
un ia ingin memberikan segalanya kepada anak-anaknya, kenyataannya, ia masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-har
n mengangkat Alif ke pelukannya, memeluk anak kecil itu dengan ha
lu melirik Ibu mereka. Ada kehangatan di mata Hana, tapi juga kelelahan yang tak bisa ia sembunyikan. Sonia tahu bahwa p
udah sarapan," Hana berkata
menit, oke?" Ia menatap kedua anaknya, merasa beruntung masih memiliki mereka di tengah keka
n. Mobil-mobil berlalu-lalang, sementara orang-orang berlalu di jalanan, masing-masing dengan cerita mereka sendiri. Begitu b
an tampak memperhatikan langit, seolah menunggu sesuatu yang tak pernah datang. Sonia menelan air liur, merasakan rasa sakit itu kembali menghantam d
Hana tiba-tiba berseru,
a itu sesaat sebelum lampu hijau menyala dan mobil melaju. Sebelum ia sempat memikirkan
apartemen. Udara pagi yang dingin membuatnya merasa segar, meskipun hatinya tetap diliputi kesedihan. Na
hanya sebentar. Yudha adalah tetangga yang jarang terlihat, seorang duda yang memiliki seorang putri remaja, M
pintu itu, membuat dirinya sendiri terke
ebelum akhirnya mengatur ekspresinya menjadi senyum ramah. Ia mengenakan kaus
ya bantu?" kata Yudha, suaranya terdengar
. Saya hanya ingin... mengucapkan terima kasih, karena sudah ada
iri Sonia. "Kami semua di sini saling membantu, Bu. Kadang, kita hanya pe
uatu dalam kata-katanya yang terasa menenangkan, seolah dunia di luar s
berkata, suara yang hampir hilang
i di balik pintu yang tertutup, Sonia merasakan hal yang belum lama ia rasaka