Janda Bertemu Dengan Duda
, Yudha hanya mencoba bersikap ramah, tapi kata-katanya yang sederhana tadi terasa begitu berat di hatinya. Begitu banyak yang ingin ia katakan, begitu banyak yang
ka ia kembali ke apartemen, Alif sudah bangun, duduk di sofa kecil di ruang tamu dengan boneka beruang di pangku
utnya yang kusut dengan lembut. Hati Sonia terasa sesak. Alif tidak tahu betapa sulitnya hidu
mengangguk, menunjukkan sepotong roti yang masih di tangan. Ia menatap ibunya dengan mata bulatn
perti pisau tajam yang menembus dinding pertahanan Sonia. Ia tidak bisa menahan air mata yang mulai menetes, dan
Alif dan dirinya sendiri. Di luar, hujan masih turun dengan deras, tetapi di dalam apartemen, ada kehangatan yang mun
ngkinan yang bisa terjadi. Hari itu adalah hari pertama ia akan pergi ke kantor baru, tempat di mana ia berharap bisa menghidupi keluarganya dengan
ni masih terasa asing, dengan para tetangga yang terkadang mengintip dari balik jendela, mencoba mempelajari siapa Sonia dan anak-anaknya. Ia menghela napas, lalu menatap
enasaran. Mungkin, mereka berdua sama-sama terluka, sama-sama berusaha untuk melawan bayang-bayang masa lalu. Di dalam dir
arkan anak-anak ke sekolah dan menjemput mereka. Wajah bosnya, Pak Dedi, yang berkumis tebal, menyambutnya dengan ramah, dan beberapa rekan kerja yang
i lampu merah, suara klakson, dan hujan yang masih mengguyur dari sore tadi membuat suasana di luar semakin menekan. Namun, saat ia mendekati pintu
n sejumput kebahagiaan yang membuatnya ingin menangis. Kehadiran anak-anaknya adalah hadiah terindah, satu-satunya hal y
onia, memeriksa wajah Hana y
Hana berkata, senyum kecil menghiasi wajahnya. Sonia hanya bisa mengangguk, meny
mulai kembali normal. Namun, malam itu, saat hujan turun kembali dengan deras, Sonia teringat akan pertemuan singkatnya de
perlu tahu bahwa k
tu, hati yang berdetak cepat, dan membuka pintu. Di sana, berdiri Yudh
bantu," katanya dengan suara yang lebih dalam dari biasanya.
a apa?" Sonia bertanya, suar
ekat dengan tetangga lain. Saya hanya ingin mengundang Ibu dan anak-anak untuk bergabung. K
tnya merasakan getaran di dalam dada, seolah kesempatan kecil ini adalah awal
pasti datang," kata Sonia, su
elum ia melangkah pergi, Sonia memanggilny
tersenyum dengan kehangatan yang langka. "Kita se
dulu ia kira sudah lama hilang kini mulai hidup kembali di dalam hatinya. Ini b