Gadis buta Milik CEO
tetesan di jendela. Setiap tetesnya memantulkan cahaya matahari yang mulai muncul di ufuk timur, membuat ruangan yang semula gelap ter
tuk tetap berada di sisi Laras, apa pun yang terjadi. Tapi janji-janji itu, meski terdengar tulus, tetap memicu keraguan d
tetapi di hatinya ada secercah semangat yang tak bisa ia padamkan. Setelah berbulan-bulan penuh rasa bersalah dan penyesalan,
belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tidak akan membiarkan Laras terluka lebih dalam lagi. Ia tahu pe
, duduk di hadapannya, membaca koran seperti biasa. Tapi, Laras bisa merasakan ada y
i ini?" tanya Pak Hadi, suaranya
penuh kasih sayang itu. "Aku tidak tahu, Ayah. Aku... ak
ti kadang bisa rapuh, tetapi kekuatan sejati datang dari bagaimana kita
, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masa depan yang ia impikan. Tidak
ga yang dulu sering ia bawa untuk Laras ketika mereka masih bersama, simbol dari cinta yang tulus dan murni. Hari itkaian yang nyaman. Wajahnya yang dulu penuh kebahagiaan kini memiliki sorot mata
terdengar. Namun, ada getaran halus di dalamnya,
p. "Aku membawa ini untukmu. Untuk mengingatkan
i-hati, seolah takut bunga itu akan hancur di tangannya. "Kenapa mawar ini, Dama
kini harus kita perjuangkan agar bisa tumbuh lagi. Aku tahu, ini mungkin ter
ti Laras bertanya-tanya apakah ada jalan untuk melupakan rasa sakit yang mendalam, apakah ada ruang ba
juga takut. Takut jika semua ini hanya mi
buatmu terluka lagi, Laras. Itu janji yang aku buat untuk diriku sendiri. Aku ingin k
ada sesuatu dalam dirinya yang ingin memberikan kesempatan pada Damar. Ada percik
u ingin mencoba. Aku ingin melihat apakah cinta kit
an bahwa ia ada di sana untuk tetap bertahan. "Itu cukup bagiku, Laras. I
i luar, dunia tampak terjaga, penuh dengan kemungkinan yang belum diketahui. Mungkin, hanya mungkin, ini adalah awal dari sesuatu yang baru-
ras dan Damar, hari itu adalah awal baru-sebuah langkah untuk melawan bayangan
tetesan di jendela. Setiap tetesnya memantulkan cahaya matahari yang mulai muncul di ufuk timur, membuat ruangan yang semula gelap ter
tuk tetap berada di sisi Laras, apa pun yang terjadi. Tapi janji-janji itu, meski terdengar tulus, tetap memicu keraguan d
tetapi di hatinya ada secercah semangat yang tak bisa ia padamkan. Setelah berbulan-bulan penuh rasa bersalah dan penyesalan,
belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tidak akan membiarkan Laras terluka lebih dalam lagi. Ia tahu pe
*
, duduk di hadapannya, membaca koran seperti biasa. Tapi, Laras bisa merasakan ada y
i ini?" tanya Pak Hadi, suaranya
penuh kasih sayang itu. "Aku tidak tahu, Ayah. Aku... ak
ti kadang bisa rapuh, tetapi kekuatan sejati datang dari bagaimana kita
, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masa depan yang ia impikan. Tidak
*
ga yang dulu sering ia bawa untuk Laras ketika mereka masih bersama, simbol dari cinta yang tulus dan murni. Hari itkaian yang nyaman. Wajahnya yang dulu penuh kebahagiaan kini memiliki sorot mata
terdengar. Namun, ada getaran halus di dalamnya,
p. "Aku membawa ini untukmu. Untuk mengingatkan
i-hati, seolah takut bunga itu akan hancur di tangannya. "Kenapa mawar ini, Dama
kini harus kita perjuangkan agar bisa tumbuh lagi. Aku tahu, ini mungkin ter
ti Laras bertanya-tanya apakah ada jalan untuk melupakan rasa sakit yang mendalam, apakah ada ruang ba
juga takut. Takut jika semua ini hanya mi
buatmu terluka lagi, Laras. Itu janji yang aku buat untuk diriku sendiri. Aku ingin k
ada sesuatu dalam dirinya yang ingin memberikan kesempatan pada Damar. Ada percik
u ingin mencoba. Aku ingin melihat apakah cinta kit
an bahwa ia ada di sana untuk tetap bertahan. "Itu cukup bagiku, Laras. I
i luar, dunia tampak terjaga, penuh dengan kemungkinan yang belum diketahui. Mungkin, hanya mungkin, ini adalah awal dari sesuatu yang baru-
*
n, bagi Laras dan Damar, hari itu adalah awal baru-sebuah langkah un