Gadis buta Milik CEO
engingatkan pada kenyataan yang tak bisa ia hindari. Hujan, yang dulunya menjadi teman di sore-sore sepi, kini hanya menyisak
nnya, mencoba menyusun kembali potongan-potongan masa lalu yang terpecah. Suara Damar di telinganya masih te
itu masih hidup dalam dirinya. Setiap kali ia mencoba membayangkan hidupnya kembali bersama Damar, bayangan tentang kegelapan yang datang bersama kesediha
gakkan kepala, berusaha mengarahkan telinganya. "Laras, ini aku, ayah," suara ayahnya terdengar lembut, p
a yang ia rasakan. Ayahnya masuk, membawa secangkir teh hang
lingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan perasaan yang membuncah. Namun, tak ada yang bisa i
penuh keputusasaan. "Damar... dia kembali. Dia bilang dia menci
s. Dia adalah bagian dari dirimu. Kau punya hak untuk merasa marah, untuk merasa takut. Tapi ingat, memaafkan bukan hanya
kepada orang lain. Itu tentang melepaskan beban, tentang memberi diri sendiri kebebasan
merasakan butiran-butiran hujan yang membasahi wajahnya, seolah ingin membersihkan rasa bersalah yang telah lama tertanam di dalam dirinya. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir
lu. Waktu itu, Laras selalu menyambutnya dengan senyum, senyum yang mampu menghilangkan segala
s, yang mendengar suara ketukan itu, jantungnya berdetak lebih cepat. Tanpa pikir panjang, ia berdiri dan mendekrkejut dan penuh kebingungan. Dia tidak tahu harus merasak
menatap Laras dengan penuh harap. "Aku tidak bisa
n tentang cintanya kepada Damar terlalu dalam. Ia teringat saat-saat mereka tertawa bersama, saat Dama
idak tahu bagaimana rasanya bangun setiap pagi dalam
. Aku tahu aku tidak bisa membayangkan rasa sakit itu, tapi aku ingin mencoba. Aku ingin kamu tah
ung kelopak mata. "Aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi, Da
g tak terbayangkan. Ia tahu ia tidak bisa menghapus masa lalu, tetapi ia ingin Laras
maaf, tetapi aku memintamu untuk memberiku kesempatan untuk membuktikannya. Aku m
aat-saat yang membuatnya ragu. Ada sesuatu dalam suara Damar yang membuatnya ingin p
an keputusan yang mudah. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang aku butuhkan un
kepercayaan Laras adalah dengan membiarkannya berjalan pada jalannya sendiri. Tetapi kali ini, Damar ti
rikan mereka secercah harapan di tengah b
lam konflik batin karakter dan perasaan mereka. Apakah ini sudah sesu
engingatkan pada kenyataan yang tak bisa ia hindari. Hujan, yang dulunya menjadi teman di sore-sore sepi, kini hanya menyisak
nnya, mencoba menyusun kembali potongan-potongan masa lalu yang terpecah. Suara Damar di telinganya masih te
itu masih hidup dalam dirinya. Setiap kali ia mencoba membayangkan hidupnya kembali bersama Damar, bayangan tentang kegelapan yang datang bersama kesediha
gakkan kepala, berusaha mengarahkan telinganya. "Laras, ini aku, ayah," suara ayahnya terdengar lembut, p
a yang ia rasakan. Ayahnya masuk, membawa secangkir teh hang
lingkan wajahnya, mencoba menyembunyikan perasaan yang membuncah. Namun, tak ada yang bisa i
penuh keputusasaan. "Damar... dia kembali. Dia bilang dia menci
s. Dia adalah bagian dari dirimu. Kau punya hak untuk merasa marah, untuk merasa takut. Tapi ingat, memaafkan bukan hanya
kepada orang lain. Itu tentang melepaskan beban, tentang memberi diri sendiri kebebasan
*
merasakan butiran-butiran hujan yang membasahi wajahnya, seolah ingin membersihkan rasa bersalah yang telah lama tertanam di dalam dirinya. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir
lu. Waktu itu, Laras selalu menyambutnya dengan senyum, senyum yang mampu menghilangkan segala
s, yang mendengar suara ketukan itu, jantungnya berdetak lebih cepat. Tanpa pikir panjang, ia berdiri dan mendekrkejut dan penuh kebingungan. Dia tidak tahu harus merasak
menatap Laras dengan penuh harap. "Aku tidak bisa
n tentang cintanya kepada Damar terlalu dalam. Ia teringat saat-saat mereka tertawa bersama, saat Dama
idak tahu bagaimana rasanya bangun setiap pagi dalam
. Aku tahu aku tidak bisa membayangkan rasa sakit itu, tapi aku ingin mencoba. Aku ingin kamu tah
ung kelopak mata. "Aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi, Da
g tak terbayangkan. Ia tahu ia tidak bisa menghapus masa lalu, tetapi ia ingin Laras
maaf, tetapi aku memintamu untuk memberiku kesempatan untuk membuktikannya. Aku m
aat-saat yang membuatnya ragu. Ada sesuatu dalam suara Damar yang membuatnya ingin p
an keputusan yang mudah. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang aku butuhkan un
kepercayaan Laras adalah dengan membiarkannya berjalan pada jalannya sendiri. Tetapi kali ini, Damar ti
rikan mereka secercah harapan di tengah b