icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Aku Istrimu, Mas, Bukan Budakmu

Bab 2 Minta Lagi

Jumlah Kata:1262    |    Dirilis Pada: 18/11/2024

rumah warung sembako kecilku seharian sangat ramai pe

keesokan paginya. Aku pun tak ingin menyapanya terlebih d

mbuka tudung saja, terlihat ia me

dari pasar, kenapa enggak beli daging?" t

apnya dengan malas. Memberi aku ua

aku uang. Harusnya kamu bersyukur aku masih bisa mencukupi kebu

serta lauk seperti daging, tahu, dan tempe. Namun,

gambil satu butir telur. Ia menggoreng telur lalu ia makan dengan mena

l aku udah masak tumis kangkung s

k, enggak level makanan s

era keluar karena ada pembeli yang datang, capek meladeni dia. Jika menuruti kemauannya untuk makanan enak, la

telpon dan aku sudah pasang telinga lebar-lebar, a

jagungnya udah habis di kasihkan ke tetangga semua. Kalau masih ada tak am

ga udah habis. Di kebun Mbahnya juga udah h

justru aku yang terbakar emosi mendengar p

un kita gimana?" tan

h, Mas, bentar lagi panen mungkin

kan mertua kamu panen banyak tuh, jangan lupa minta juga yang banyak dan kabarin aku nanti bia

ng itu," ja

n Bapakku. Lebih besar juga kebun milik keluarga Mas Tedy, da

di kasih kenapa justru enggak merasakan aneh banget. Kamu sadar enggak sih, Mas, kamu tuh udah terlalu memanjakan

nya menasehati suamiku yang lebih memprioritaskan kedua kak

rus, itu lahan kebun jatahnya Mbak Tasih, suruh n

gian mereka mau modal dari mana? Bu

astafel Mas Tedy kembali kelua

asti dapat hasil. Emang kamu sendiri juga punya modal, modal kamu kan juga ambil hutang dan bayarnya setelah panen. Di dunia ini tuh engga

melakukan ini karena membalas jasa Mbak Tasih, dulu wak

perlu meneruskan percakapan iji. Dulu mas Tedy setelah lulus sek

uatan rak, dialah yang memasukkan Mas

t. Setelah Mas Tedy menikah denganku, ia memilih keluar dari p

saha untuk bekerja. Uang pesangon yang katanya tiga puluh juta pun

ya. Namun, punya Mbak Tasih, Mas Tedylah yang digarap dengan bagian sepert

kol, tiba-tiba datang kedua Ka

n Masmu enggak punya uang. Mamak juga enggak punya. Kamu bisa kan pinja

edy sambil menahan napas. Di hatiku, s

ri, kan? Panenan masih tiga minggu lagi. Nanti kala

Dia ingin merebut punya temannya terus. Kasihanlah Arslen

mereka datang dengan permintaan yang sama, seo

a duit," ucap Mas Tedy sambil mengangkat ba

h menatapku, memicingkan mata, dan berkata, "Lia, kamu

iah dari pernikahan kami, katanya buat sunatan anaknya, Puji. Sampai sekarang kalung itu tidak pernah kembali. Dan di catatan nota harga kalung itu

ya, Mak," balas

mertuaku berubah, mendelik tajam seakan

an. Kamu enggak lihat apa Tarji harus jalan dengan satu kaki? Dia enggak bisa b

ti-matian bekerja untuk mencukupi ke

isa mencukupi kebutuhan kami karena aku berusaha keras

kamu enggak mau pinjami duit, ya sudah, Mamak pinjam kalungnya Ka

aat ia mulai melangkah menghampiri Kayla, hatiku serasa mencelos, amarah bercampur

-

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Ancaman Suami2 Bab 2 Minta Lagi3 Bab 3 Pesanan Lontong Sayur4 Bab 4 Bergaya Sosialita5 Bab 5 Pembagian Hasil Panen6 Bab 6 Perang Dingin7 Bab 7 Mengelak8 Bab 8 Perkara Lollipop9 Bab 9 Melukai Mental Anak10 Bab 10 Di Datangi Bank Emok11 Bab 11 SMS Banking12 Bab 12 Kejutan Baru13 Bab 13 Baik Boleh, Booh Jangan!14 Bab 14 Hinaan Keluarga Mantan Suami15 Bab 15 Tamu Misterius16 Bab 16 Bakat Anak yang Disia-siakan17 Bab 17 Dilamar Ibunya Heri18 Bab 18 Tentang Heri19 Bab 19 Tresno Jalaran Soko Kulino20 Bab 20 Pertemuan Lia dan Heri21 Bab 21 Rasa Kehilangan22 Bab 22 Kebimbangan Tedy23 Bab 23 Kunjungan Lia Bertemu Heri Kecil24 Bab 24 Bertemu Teman Lama Dikira Mau Ngutang25 Bab 25 Nostalgia26 Bab 26 Perasaan Heri27 Bab 27 Ajakan Heri28 Bab 28 Suprise29 Bab 29 Paket Misterius30 Bab 30 Bahagia yang Sederhana31 Bab 31 Respon Tedy32 Bab 32 Status Mbak Sutri33 Bab 33 Bertemu di Pengadilan34 Bab 34 Kebebasan Lebih Berharga35 Bab 37 Akhirnya Sah36 Bab 38 Malam Pertama37 Bab 39 Jantung yang Tak Aman38 Bab 40 Kehilangan39 Bab 41 Adu Domba40 Bab 42 Tegang41 Bab 43 Suami Limited Edition42 Bab 44 Panggil untuk Suami Tercinta43 Bab 45 Ipar Adalah Maut44 Bab 46 Fitnah yang Menguntungkan45 Bab 47 Malam Terindah46 Bab 48 Saranghaeyo, Oppa47 Bab 49 Aku Datang Melamarmu48 Bab 50 Pesan WA49 Bab 51 Dasar Pelakor!50 Bab 52 Kebohongan Belaka51 Bab 53 Kartu Debit52 Bab 54 Cobaan Apalagi53 Bab 55 Ragamu Bersamaku, Jiwamu Bersamanya54 Bab 56 Masa Lalu dan Masa Depan55 Bab 57 Ketemu Mak Lampir56 Bab 58 Hadapi Lampir57 Bab 59 Jadi Obat Nyamuk