Aku Istrimu, Mas, Bukan Budakmu
sepeda, kalau hari ini gak bisa suatu hari nanti kan juga bisa
kan langkahnya. Aku tak ingin kejadian
embaur dengan orang lain. Lagian kalung itu dibeli pakai uang anakku, jadi kamu gak berhak melarangnya. Orang yang
gis terus, Mas-mu tuh gak bisa bekerja kayak kamu jadi kamu yang sehat wajib membantu," ujar
ku, aku menggelengkan kep
mendengarkan omongan Mamak
ng, di lehermu kok ada semutnya
merasa digigit semut," bala
as kalung Kayla, dia tersen
yang," ucap Mas Tedy. Setelah
ng Kayla saat itu juga Mak Sarmi terse
ah, aku ngumpulin uang buat bisa beliin Kayla kalung. Kamu kok n
asihkan uangnya sama kamu untuk beli kalung buat
sekali tangan ingin melayang pada pip
it-pelit. Ingat, kamu di sini tuh cuma numpang jadi gak usa
mengajak Mas Tarji pulang. Rumah ka
ng, kamu bisa minta Sutri untuk menjualnya dan se
pasti senang sekali
kasih kepada Mas Tedy. Mas Tarji terlihat sangat berseman
sama aku. Apa kamu lupa kalau Mas Tarji belum mengembalikan kalungku dan s
engungkit-ungkit apa yang sudah kita berikan kepada mereka. Anggap saja itu sedekah, kita akan mendapa
akan semakin panas karena
dosa besar. Percuma setiap hari kamu bersedekah tetapi anak istrimu tak di nafkahi de
lan di warung sama jualan pulsa. La Mbak Sutri sama Mbak Tasih bisa dapat dari mana kalau suaminya nggak kerja, makanya aku bantu mereka s
arga dia kalau masih dibatas wajar. La ini semua kebutuhan orang tua dan kakaknya dialah yang
a. Memang seperti itulah saat kami berdebat, bukannya mencari solusi ju
apkan bekal makan untuk di bawa Mas Tedy k
l panen, tapi setelah tahu uang panen terakhir hanya diberi tak se
aku, Bu?" tanya Mas Tedy, mata
nyak yang habis. Barang habis, duit nggak ada, ya gimana?"
nggak mau bantu,
ke kebun pas balik dari pasar," lanjutnya sambil
ak peduli sama aku? Udah kusindir soal duit yang mepet, eh, dia malah enak-enakan
, kalau nggak lupa
otor tuanya menderu pelan saat ia berlalu, meninggalkan ak
tnya aku memikirka
-