JANJI YANG TERPECAHKAN
a, dengan dua anak yang ceria dan rumah yang selalu dipenuhi tawa. Setiap kali mereka menghadiri acara sosial, banyak yang mengagumi mereka sebagai
membaca koran. Laras, yang baru saja selesai menyiapkan sarapan, berjalan mendeka
alik, dan menciumnya di pipi. "Selama
karena dirinya sendiri. Di bawah cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya, ada rahasia yang
kadar kenangan-dia adalah bagian dari hidup Arya yang selalu ada di sana, meski di antara mereka tak pernah ada hubungan yan
tinya berdebar. Mereka menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang kenangan lama, dan seiring berja
dan anak-anak mereka. Tetapi Maya hadir lagi dalam hidupnya, bukan hanya sebagai kenangan, tapi sebagai bagian d
h yang selalu membayangi setiap kebahagiaan yang ia rasakan bersama Maya. Namun, di saat
memilih untuk diam sejenak, memikirkan tentang pertemuannya yang akan datang dengan Maya. Ia tahu, semakin lama ia mengabaikan perasa
ti panggang dan telur. "Aku ingin kita pergi makan m
kegelisahannya. "Tentu, itu terdengar menyenangkan.
perhatian. "Kamu kelihatan seperti punya banyak pik
terpecah antara dua dunia yang tidak bisa ia gabungkan. Namun, kata-kata itu tersangkut
it keraguan. "Aku harap itu hanya itu. Jangan lupa
makin terjebak dalam keboh
in terperangkap dalam rahasia yang ia simpan rapat-rapat. Dan semakin ia berusaha untuk mempertahankan kehidupannya yang tampak sempurna i
bunyikan perasaannya, semakin besar jurang yang tercipta antara dirinya dan Laras. Meski ia berusaha untuk tampil normal, ada perasaan be
at. Namun, senyum itu tidak menyentuh mata Arya. Laras, yang sudah cukup lama
menyendokkan telur orak-arik ke piring Arya. "Aku bisa lihat kamu mulai ke
isa membawa mereka lebih dekat, tetapi di benaknya, ada pertanyaan yang lebih besar. Apakah itu akan c
ar semangat, meski hatinya terombang-ambing. "Tapi aku punya beberapa tugas kantor ya
dak berkata apa-apa. Sebaliknya, dia hanya mengangguk dan melanj
menekankan hal itu. Itu yang selalu ia lakukan-memberikan ruang kepada Arya, memberi kepercayaan bahwa suam
, dan meskipun ia tahu siapa yang mengirim pesan, ia tetap menunda membuka p
nya ringan, namun Arya bisa mend
nama yang tertera: Maya. Ia menelan ludah, merasakan jantungnya berde
wab Arya, menyembunyikan kegugupannya den
bus kedalaman pikirannya. "Teman lama?" Laras mengulangi kata-kata itu
santai. "Iya, Maya. Dia cuma... tan
pada Arya. "Kamu sepertinya sering berbicara dengannya akhir-akhir ini. Apakah kamu merasa nyaman ngobrol deng
Kenapa ia merasa seolah setiap kata yang ia ucapkan berpotensi mengungkapkan kebohongannya? Ini adalah momen ya
rdengar meyakinkan, meskipun suaranya terasa kosong. "Tapi aku janji,
Aku tidak khawatir, Arya," katanya pelan. "Aku hanya... merasa ada
camuk. Dalam hatinya, ia tahu ini adalah detik-detik yang paling penting dalam hidupnya. Bagaimana ia bisa menghadapinya? A
akang terdengar ceria. Tetapi di dalam rumah itu, ada sesuat
," katanya dengan suara lembut, "aku percaya padamu. Tapi, aku juga berharap kamu bisa lebih ter
Laras," jawabnya, suara hampir berbisi
pergi ke dapur, meninggalkan Arya dengan
mun, setiap detik yang berlalu terasa semakin berat, seperti cincin itu menjadi semakin berat di jari manisnya. Dan saat itulah Arya men
ambu