JANJI YANG TERPECAHKAN
buah rutinitas yang tidak lagi mampu menutupi kebingungannya. Ia melihat Laras setiap hari-senyumnya, caranya berbicara, bahkan cara ia menyentuh tangannya saat mer
alam hati seperti meledak begitu saja. Setiap pertemuan, meski singkat, memberi Arya semacam kebahagiaan yang ia rasa hilang sela
g yang lebih gelap-kebohongan yang ia sembunyikan dari Laras. Ia sadar bahwa apa yang ia rasakan bukanlah kebahagiaan sejati
idupan yang T
ingin tahu bagaimana harinya, kini tampak lebih tertutup. Ia lebih sering larut dalam pekerjaan, atau lebih memilih duduk diam, memandangi l
an. "Arya, akhir-akhir ini kamu tampak... agak jauh. Apa ada yang terjadi?" tanyan
terasa canggung. "Tidak ada, sayang. Aku hanya kelelahan
memilih untuk menahannya. Ia tidak ingin menjadi istri yang selalu curiga tanpa alasan yang jelas. Bagaimanapun, mereka sudah men
yang semakin tinggi antara dirinya dan suaminya. Walaupun Arya tidak mengungkapkan apa yang menggangg
kembali. Setiap kali mereka bertemu, Arya merasa seperti kembali ke masa lalu, saat dunia terasa lebih mudah, lebih ringan. May
berhadapan. Meja mereka hanya diterangi cahaya lampu temaram, mencip
esai," kata Maya, suaranya lembut, namun penuh makna. "Aku sering berpikir tentang kamu, tentang k
aran yang sama-perasaan yang dulu membuatnya jatuh cinta pada Maya. Semua alasan yang ia berikan
Apa yang kita inginkan dari ini?" tanya Arya,
bicarakan masa depan, kita hanya perlu menikmati saat ini. Kita berdua tahu, ini adalah k
adalah pelarian, bahwa ia seharusnya berada di rumah, di samping Laras. Namun, di hadapan Maya, semuany
gganggunya: Apa yang akan terjadi jika Laras tahu tentang ini? Apa yang
n yang Han
u bahwa ia telah memilih untuk menikmati kebahagiaan yang sesaat bersama Maya, ia juga tahu bahwa kebahagiaan itu adalah kebahagiaan palsu. Ia mencoba u
Arya berdiri di depan cermin, melihat refleksinya yang penuh kebingun
ar pelan, dan untuk sesaat, Arya merasa seolah semua
cuma tidak bisa tidur. Mungkin besok k
usan Arya untuk terus menyembunyikan perasaan dan kebohongannya hanya memperburuk sega
api ia juga merasa terjebak. Ia sudah memilih jalan yang salah, dan sekarang
sti-pilihan yang akan d
uk di meja makan, menyarungkan gelas kopi ke bibirnya, namun rasa pahit dari kopi itu tak sebanding dengan rasa sesak di dadanya. Laras duduk di had
n. "Kamu sudah ada janji hari ini?" tanyanya, berusaha membuka per
rapat di kantor. Mungkin malam nanti kita bisa makan di luar," jaw
tetapi ia memilih untuk menahan diri. Ia tidak ingin menjadi istri yang selalu mencurigai ta
kkan kegelisahan yang menghimpit. Sesampainya di kantor, Arya merasa lebih mudah untuk menyembunyikan apa yang terjadi sebenarnya, lebih mudah untuk mengen
dari kantor, Arya menda
Mau nggak kita bert
r-ujian terhadap komitmen dan perasaannya. Namun, keinginan untuk bertemu dengan Maya, untuk mera
gen. Malam ini? Di
esan itu. Ada kebahagiaan yang aneh-kebahagiaan yang
ahu bahwa Laras akan percaya, meskipun mungkin ia bisa merasakan ada yang janggal. Namun, untuk
yang tak mungkin dipenuhi. Maya tersenyum lebar begitu melihat Arya masuk. Senyum itu, senyum yang sudah begitu lama
, namun ada sesuatu dalam tatapannya yang tidak bisa
han yang semakin menggerogoti. "Aku tidak bisa menun
dengan pengertian. "Aku tahu kamu merasa seperti itu. Ak
erjalan terpisah, namun semua percakapan itu terasa seperti pelarian. Setiap kata, setiap taw
dunia hanya berputar untuk mereka berdua. Tidak ada Laras, tidak ada anak-anak, tidak ada tanggung jawa
ian di balik kebahagiaan itu-sebuah ketakutan yang perlahan muncul. Apa yang akan terjad
inya. Laras sudah tertidur, namun matanya yang terpejam tak bisa menyembunyikan perasaan yang ada d
Ia merasa seperti orang lain-bukan suami yang baik, bukan ayah yang penuh kasih, mela
memandang Arya dengan tatapan penuh keprihatinan. "Kamu pulang sangat larut," katanya p
u terasa sangat sulit. "Iya, sayang. Semua baik-baik
erkata bahwa suaminya sedang berjuang dengan sesuatu yang besar. Namun, Laras tidak tahu harus berbuat ap
u membuatmu khawatir," katanya pelan, namun kata-kata itu hanya memperburuk perasaannya. Ia tahu bahwa kebohongan ini tidak bisa bertahan lama. Ia tahu bahwa se
sti: semakin lama ia berlari
ambu