icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

JANJI YANG TERPECAHKAN

Bab 2 Pertemuan yang Mengguncang

Jumlah Kata:1784    |    Dirilis Pada: 14/11/2024

ang kembali hidup. Arya merasa canggung begitu ia melangkah masuk ke ruangan yang dipenuhi oleh teman-teman lama. Mes

riang, dan berbaur dengan orang-orang di sekitar. Arya mengamati Laras dari kejauhan, merasa bersa

ekat sekali, meskipun tidak pernah sampai ke tahap hubungan romantis. Namun, kedekatan itu menyimpa

uar negeri, dan Arya membangun hidupnya bersama Laras. Namun, kini, Maya hadir lagi, di sini,

enuh kehangatan. Arya menoleh, dan di depannya berdiri Maya, dengan senyum yang mengg

an keheranannya. Bagaimana bisa ia merasa beg

ngannya. "Kamu tampak lebih tua, Arya, tapi

encang. "Kamu juga, Maya. Kamu masih terlih

n yang begitu familiar, perasaan yang selama ini ia coba sembunyikan di dalam diriny

ambil melirik ke arah Laras yang sedang tertawa bersama teman-t

a Maya sedang mencoba untuk menarik perhatiannya. "Mungkin.

ua. "Aku mengerti," kata Maya perlahan, "Aku juga merindukan masa-masa itu. Masa-masa di mana segal

mengangguk pelan, merasakan getaran yang aneh di dadanya. "Aku... Aku pikir aku harus kembali

ingin sedikit berbicara denganmu. Hanya sebentar. Aku yakin kamu butuh waktu un

ya, tetapi Maya menawarkan sesuatu yang sulit ia tolak-kenangan, nostalgia, dan percakapan yang tak terselesaikan.

suaranya hampir tak ter

a segar, meskipun Arya merasa ketegangan semakin membesar. Maya memimpin, berjalan dengan langkah s

man yang penuh arti. "Aku selalu tahu, kamu dan aku punya ikatan yang

ung. "Maya, kita sudah lama tidak bertemu

tkannya pada masa-masa remaja mereka. "Kenapa salah? Kita hanya berbicara. Kita hanya menging

diri Maya yang membuatnya terperangkap. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan, tetapi sangat nyata. Di balik sen

i yang ia inginkan, namun penuh kebingungan. "Aku tidak

punya keluarga. Tapi bukan itu yang kamu inginkan, kan? Bukankah aku

s yang selama ini ia pertahankan, dan ia tahu jika ia tidak berhati-hati, i

dirinya kepada Arya, hanya beberapa inci dari wajahnya. "Aku tahu kamu m

an itu. Matanya tertuju pada Maya, dan u

isiknya, hampir tak ter

menangan. "Aku hanya ingin mengingatkanmu, Arya," katanya, "bahwa

ambat, menghimpitnya dengan pilihan yang menyesakkan dada. Maya masih tersenyum, senyum yang penuh arti, penuh janji, seolah mengundang Arya untuk kembali ke d

lembut, "Kenapa kita harus berpura-pura? Kita sudah lama

dan rasa bersalah yang membebani setiap detiknya. Ia bisa merasakan jantungnya berd

n setapak yang gelap, berusaha untuk menemukan kekuatan dalam dirinya.

hati kita tidak berubah, kan, Arya? Aku tahu kamu masih merindukanku. Aku tahu kamu

lah terikat oleh magnet yang tak terlihat. Maya selalu punya cara untuk membuatn

a nyaris tak terdengar, tertelan dalam gemuruh hatinya sendiri.

ti, Arya. Tapi kadang, kita bisa merasakan lebih dari satu hal dalam hidup kita. Aku tidak ingin mengganggu keluargamu.

antara dirinya dan kenangan lama. Ada bagian dari dirinya yang ingin sekali menyerah, untuk kembali ke dalam pelukan Maya dan melupakan segala masalah ya

ang lebih tegas. "Aku... aku tidak bisa melakukanny

kir begitu, ya? Aku tidak pernah melupakanmu, Arya. Kita pernah memilik

elayuti hatinya. Namun, ia berusaha untuk tetap berpikir jernih, berusaha mengingat alasan mengapa ia bertahan

enuh dengan penekanan. "Aku sudah memilih, aku sudah berko

ti. "Aku tahu, Arya. Aku tidak ingin mengganggu hidupmu yang sudah berjalan. Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku ada di sini. Jika

i dari perasaan ini, tetapi juga rasa takut akan kehilangan kesempatan untuk merasakan kembali kedekatan yang lama hil

lam reuni," kata Arya, berusaha menenangkan diri

yentuh lengan Arya dengan lembut, menatapnya dalam-dalam, "tidak ada salahnya untuk merindukan apa yang sudah hi

ung, meninggalkan Maya di belakangnya. Namun, setiap langkah yang diambilnya terasa semakin berat, seolah beban yang ia bawa semak

idak ada yang berubah. Tetapi bagi Arya, segalanya telah berubah. Ada sesuatu yang retak dalam diriny

ata istrinya, "aku... aku merasa sedikit lel

a hanya mengangguk. "Tentu, sayang. Kalau ka

ar dari tempat ini, keluar dari godaan yang membuatnya t

menghantuinya, dan suatu saat, ia harus memilih antara kesetiaannya kepada Laras atau godaan Ma

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka