JANJI YANG TERPECAHKAN
ang kembali hidup. Arya merasa canggung begitu ia melangkah masuk ke ruangan yang dipenuhi oleh teman-teman lama. Mes
riang, dan berbaur dengan orang-orang di sekitar. Arya mengamati Laras dari kejauhan, merasa bersa
ekat sekali, meskipun tidak pernah sampai ke tahap hubungan romantis. Namun, kedekatan itu menyimpa
uar negeri, dan Arya membangun hidupnya bersama Laras. Namun, kini, Maya hadir lagi, di sini,
enuh kehangatan. Arya menoleh, dan di depannya berdiri Maya, dengan senyum yang mengg
an keheranannya. Bagaimana bisa ia merasa beg
ngannya. "Kamu tampak lebih tua, Arya, tapi
encang. "Kamu juga, Maya. Kamu masih terlih
n yang begitu familiar, perasaan yang selama ini ia coba sembunyikan di dalam diriny
ambil melirik ke arah Laras yang sedang tertawa bersama teman-t
a Maya sedang mencoba untuk menarik perhatiannya. "Mungkin.
ua. "Aku mengerti," kata Maya perlahan, "Aku juga merindukan masa-masa itu. Masa-masa di mana segal
mengangguk pelan, merasakan getaran yang aneh di dadanya. "Aku... Aku pikir aku harus kembali
ingin sedikit berbicara denganmu. Hanya sebentar. Aku yakin kamu butuh waktu un
ya, tetapi Maya menawarkan sesuatu yang sulit ia tolak-kenangan, nostalgia, dan percakapan yang tak terselesaikan.
suaranya hampir tak ter
a segar, meskipun Arya merasa ketegangan semakin membesar. Maya memimpin, berjalan dengan langkah s
man yang penuh arti. "Aku selalu tahu, kamu dan aku punya ikatan yang
ung. "Maya, kita sudah lama tidak bertemu
tkannya pada masa-masa remaja mereka. "Kenapa salah? Kita hanya berbicara. Kita hanya menging
diri Maya yang membuatnya terperangkap. Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan, tetapi sangat nyata. Di balik sen
i yang ia inginkan, namun penuh kebingungan. "Aku tidak
punya keluarga. Tapi bukan itu yang kamu inginkan, kan? Bukankah aku
s yang selama ini ia pertahankan, dan ia tahu jika ia tidak berhati-hati, i
dirinya kepada Arya, hanya beberapa inci dari wajahnya. "Aku tahu kamu m
an itu. Matanya tertuju pada Maya, dan u
isiknya, hampir tak ter
menangan. "Aku hanya ingin mengingatkanmu, Arya," katanya, "bahwa
ambat, menghimpitnya dengan pilihan yang menyesakkan dada. Maya masih tersenyum, senyum yang penuh arti, penuh janji, seolah mengundang Arya untuk kembali ke d
lembut, "Kenapa kita harus berpura-pura? Kita sudah lama
dan rasa bersalah yang membebani setiap detiknya. Ia bisa merasakan jantungnya berd
n setapak yang gelap, berusaha untuk menemukan kekuatan dalam dirinya.
hati kita tidak berubah, kan, Arya? Aku tahu kamu masih merindukanku. Aku tahu kamu
lah terikat oleh magnet yang tak terlihat. Maya selalu punya cara untuk membuatn
a nyaris tak terdengar, tertelan dalam gemuruh hatinya sendiri.
ti, Arya. Tapi kadang, kita bisa merasakan lebih dari satu hal dalam hidup kita. Aku tidak ingin mengganggu keluargamu.
antara dirinya dan kenangan lama. Ada bagian dari dirinya yang ingin sekali menyerah, untuk kembali ke dalam pelukan Maya dan melupakan segala masalah ya
ang lebih tegas. "Aku... aku tidak bisa melakukanny
kir begitu, ya? Aku tidak pernah melupakanmu, Arya. Kita pernah memilik
elayuti hatinya. Namun, ia berusaha untuk tetap berpikir jernih, berusaha mengingat alasan mengapa ia bertahan
enuh dengan penekanan. "Aku sudah memilih, aku sudah berko
ti. "Aku tahu, Arya. Aku tidak ingin mengganggu hidupmu yang sudah berjalan. Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku ada di sini. Jika
i dari perasaan ini, tetapi juga rasa takut akan kehilangan kesempatan untuk merasakan kembali kedekatan yang lama hil
lam reuni," kata Arya, berusaha menenangkan diri
yentuh lengan Arya dengan lembut, menatapnya dalam-dalam, "tidak ada salahnya untuk merindukan apa yang sudah hi
ung, meninggalkan Maya di belakangnya. Namun, setiap langkah yang diambilnya terasa semakin berat, seolah beban yang ia bawa semak
idak ada yang berubah. Tetapi bagi Arya, segalanya telah berubah. Ada sesuatu yang retak dalam diriny
ata istrinya, "aku... aku merasa sedikit lel
a hanya mengangguk. "Tentu, sayang. Kalau ka
ar dari tempat ini, keluar dari godaan yang membuatnya t
menghantuinya, dan suatu saat, ia harus memilih antara kesetiaannya kepada Laras atau godaan Ma
ambu