SAAT HATI TERBAGI
suara kartun yang ditonton anak-anaknya mengisi ruangan, tapi pikirannya melayang jauh. Selama beberapa tahun terakhir, hid
an mengurus rumah dan keluarga, sementara Arya sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Mungkin itu yang membuatnya merasa semakin jenuh. Hari-h
Dita tiba-tiba muncul samb
asih hangat," kata Dita sambil tersenyu
tu gorengan dan menggigitnya perlahan. Meski ia te
n nggak fokus. Lagi kepikiran sesuatu, ya
bicara, tapi bingung harus mulai dari mana. Akhirn
tu terakhir, Arya memang sering terlihat termenung. Sebagai seorang istri, Dita tahu bahwa
eh hangat ya, Mas? Mungkin bisa bikin lebi
. Ia merindukan masa ketika ia merasa bebas, hidup tanpa beban yang menumpuk. Pernikahannya mema
biasanya, sebagian besar pesan itu tentang pekerjaan atau dari rekan-rekannya yang menanyakan hal-hal biasa.
Mereka sempat dekat dulu, tapi keadaan membuat merek
Lama banget nggak
a tiba-tiba membanjiri pikirannya, mengingatkannya pada masa-masa ketika ia merasa
, lama banget nggak k
ya berbunyi lagi.
olan kita waktu kuliah dul
mengobrol hingga larut malam, membahas hal-hal sepele hingga impian bes
Nggak mungkin lupa
a kembali ke ruang tamu sambil
ikin lebih tenang," ucap Dita,
inya yang penuh perhatian. Rasa bersalah seketika
ma diam, tapi pikiran Arya masih melayang-layang ke pesan singka
elama ini setia mendampinginya dalam suka dan duka. Namun, perasaan jenuh itu begitu kuat hi
da kerinduan yang sulit ia definisikan, seperti ada sesuatu yang kosong dalam hidupnya. Entah kenapa, pesan dari Nia t
dengan wajah penuh pertanyaan. Ia merasa ada sesuatu y
suara, "kalau ada yang mau
tu tampak hambar. "Ta, kamu nggak pernah ngerasa
ngkin pernah ya, Mas. Tapi aku rasa, setiap orang pasti ada masanya merasa begitu. Kadang aku juga capek
imana wanita ini bisa tetap tegar dan menjalani kehidupan sehari-hari tanpa keluhan. Tapi bagi Arya, hari-
ih bebas, nggak ada beban. Hidup nggak cuma soal tanggung jawab," kata Arya p
a Arya. Rasa cemasnya semakin besar, tap
asih pacaran atau waktu baru menikah. Tapi bukankah semua ini... kita bangun
kosong. Pikirannya kembali teralihkan saat ponselnya bergetar. Sebua
ngin aku obrolin langsung
bersalah, namun perasaan untuk bertemu Nia begitu kuat. Di balik rasa rindu a
. Ada yang harus aku temui," katanya
han sikap suaminya. "Malam-malam begini, Mas
i pertanyaan itu. "Ada teman lama yang baru data
ahnya. "Hati-hati ya, Mas. Jangan pulang terlalu m
irannya, sementara bayangan Dita yang mengawasinya dari pintu perlahan menghilang di kejauhan. Ia tahu bahwa ke
depannya. Nia masih sama seperti dulu-wajahnya lembut dengan senyum yang mampu membuat siapa pun merasa ny
sambil tersenyum. "Terim
adapannya. "Nggak masalah. Lama
akhir itu waktu kamu masih di kampus.
masing-masing mencari cara untuk memu
angka bakal ketemu lagi sama kamu," Arya berkata, berusa
jadi sangat rumit ya, Arya. Aku juga merasa begi
sama. "Aku ngerti. Hidup setelah men
ng telah mereka jalani sejak terakhir bertemu. Ada kesunyian ya
a tiba-tiba, suaranya bergetar, seolah
in mengatakan ya, tapi hati kecilnya berteriak lain. "Aku nggak tahu, Nia.
Arya. Kadang aku merindukan masa-masa dulu, saat kita masih bebas. Dan jujur
muncul ke permukaan. Tatapan mereka bertemu, dan di sana, dalam keheningan kafe yang dipenuhi sua
am dadanya. "Nia... aku juga pernah berpikir begitu. Tapi sekarang, aku punya
mang sudah memilih jalan masing-masing. Tapi rasanya kad
nya bisa menatap Nia dengan pe
ambn