SAAT HATI TERBAGI
Nia, tatapan lembut yang selalu menenangkannya, dan senyuman hangat yang membuatnya merasa dihargai, terus menghantui pikirannya. Ia bahkan tak bisa ti
. Dita, yang sedang menyiapkan sarapan di dapur, menyambu
ak ada yang salah?"
annya. "Enggak, Ta. Cuma kepikiran kerja
ak dengan tatapan ragu. "Kalau ada y
us isi hatinya. Ia mengambil tas kerjanya dan melangkah keluar, berha
m sebelumnya. Ketika ia hendak memulai meeting dengan rekan-rekannya, sebuah pesan masuk
ertemuan kemarin bikin aku kepikiran. Kala
o, tapi ada dorongan yang kuat di dalam dirinya untuk bertemu Nia sekali lagi,
ar bisa berbicara dengan tenang. Ketika Arya tiba, ia melihat Nia duduk di bangku taman, dikelilingi pepohonan yang rimbun dan angin
a sambil duduk
yum yang membuat Arya sejen
rasa jiwanya seperti kembali ke masa-masa kuliah, saat segalanya terasa ringan dan bebas. Saat itu, tidak
etemu lagi kayak gini," ucap N
Arya sambil tersenyum. "Rasanya, ka
aku juga suka membayangkan, apa jadinya kalau kita nggak berpi
gubur perasaan itu, meyakinkan dirinya bahwa keputusannya dulu adalah yang terbai
n masa-masa itu. Saat hidup nggak terlalu rumit dan kita
sing-masing, Arya. Kamu punya keluarga yang indah, dan aku... meskipun hidupku berbeda
t. Arya menundukkan kepalanya, merasa bahwa kata-kata Nia adalah
ia?" tanya Arya, mencoba mengalihkan per
aku hanya butuh teman untuk berbagi. Mungkin, aku hanya ingin tahu apakah... p
titik dalam dirinya yang selama ini tertutup rapat. Ia mencoba menahan diri, t
mpan perasaan itu. Tapi aku juga tahu, hidup kita sudah
ereka tahu bahwa perasaan itu mungkin tak akan pernah sepenuhnya hilang, tapi kenyataan
ni benar atau salah, tapi aku bersyukur bisa ketemu kamu lagi. Setidaknya, aku
asih, Arya. Mungkin ini pertemuan yang memang kita butuhk
Arya merasa seperti telah menuntaskan sebuah bab dalam hidupnya, namun di saat yang sama, bab itu j
nggal di hati mereka. Tapi kali ini, mereka sama-sama sadar bahwa hidup
ang belum tuntas, sebuah perasaan yang selama ini ia pendam dalam-dalam. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Nia, bag
ang sedikit bergetar. Pertanyaan itu tampak sederhana, tapi
an. "Aku bahagia, Arya, tapi... dengan cara yang berbeda dari yang aku bayangkan dulu.
, ia senang bahwa Nia baik-baik saja. Di sisi lain, ada bagian dari dirinya yang berharap Nia juga meras
u juga begitu, sebenarnya. Bahagia dengan cara yang lain,
punya bagian dari diri kita yang belum selesai. Mungkin
hal yang ingin Arya ungkapkan, tapi ia tak tahu bagaimana mengutarakannya. Akhirnya, ia memu
ul di benaknya, sesuatu yang mungkin
berpisah... apa menurutmu
bahagia atau mungkin sebaliknya. Tapi yang pasti, semua yang terjadi dulu membawa kita ke sini, dengan hidup kita
in percaya bahwa seandainya mereka tidak berpisah, semuanya akan sempurna, tapi kenyataan yang mereka jalani seka
ni hanya sesaat. Mereka berdua memiliki kehidupan masing-masi
mau meluangkan waktu buat ketemu
inkanku mengenang lagi semua kenangan indah itu. Aku harap kita bisa tetap saling
atapan yang penuh arti, Nia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Arya. Mereka sa
" Arya berkata, berusaha menahan e
k pelan. "Kam
hwa meskipun ia telah membuka kenangan masa lalu, ia harus menutup bab ini dengan penuh kes
ketenangan di dalam hatinya. Pertemuan dengan Nia memberik
ambu