Di Sudut Memori
i berjalan keluar menuju pos mobil. Barusan aku masuk ke dalam kantor. Untuk menghilangkan dahaga. Di sini terdapat empat pos pengisian bensin. Premium untuk motor
ensin yang paling tinggi di antara teman-teman lain. Walaupun memiliki
ambil tas pinggang tempat uang kembalian. Setiap kali
enyum. Kemudian menghampiri di dekat jendela mobil dan merendahk
eh ke tempat parkir, kulihat ia melambaikan tangan –mungkin ingin beristirahat. Di sini, satu-persatu pegawai akan
tika tengah mengisi bensin. Awalnya, aku sedikit risih. Tapi, lambat laun semakin terbia
gka yang bertambah sewaktu pengisian bensin di mesin. Dimulai dari nol dan seterusnya. Ketika mencapai seratus ribu,
kasih,
si di pos mobil memang begitu. Tidak mengatakan sepatah kata kecuali nominal dan jenis bensin yang ingin dibel
x. Aku ditertawakan oleh teman-teman satu shift. Karena menjawab seadanya mengenai perbedaan
awa cukup keras, hingga terdengar oleh temanku yang lain. Seharian aku ditertawakan oleh mereka
as plastik putih. Dari aromanya mampu membuat perutku bergejolak. Tapi, aku m
kejadian lucu. Aku kan ngga
ereka melakukan itu karena peduli padaku. Hanya saja, aku masih belum terbiasa. Aku bukan orang yang m
ari pos dan mengibaskan tangan seakan mengusir. Walaupun mempunyai tampang sangar seperti preman, hampir
erlapis kaca itu pelan, dan masuk setelahnya. Bungkusan tadi aku taruh pada meja plastik di sebel
eman menyuruhku berdiam di pos mobil. Dan, aku menurutinya. Seringkali aku meminta berjaga di pos motor, tetapi
k berbeda dengan menu kemarin. Sepotong telur dadar, tumis sayuran bun
Selama satu bulan bekerja seringkali teman-teman lain menunjukkan perhatian semacam ini. Katanya kar
an sendiri
ndorong pintu sambil membawa piring dan gelas plastik –ia sangat
manggil teman dekat. Apa ng
tik dan duduk di hadapan. Keanehan sikapnya seringkali kutemui. Sehingga aku memilih untuk
lehkan makan bersamaan. Pande berulang kali mendapat peringatan dari pengawas lapangan. Tapi tidak
u. Kenapa nggak mau ditemani makan? Pad
ri. Di rumah juga demikian. Adikku Maha, jarang sekali ada di rumah. Ia biasanya makan di tempat game online. Aku sering memarahinya karena lebih mementi
mintaku untuk memasakkan sesuatu pagi-pagi buta. Aku akan mengomel dulu sebelum membuatkannya makanan. Meski pu
iap hari terus-menerus belajar. Namun, tetap saja hasil yang kuterima pas-pasan. Itulah mengapa orangtuaku selalu membandingkan kami. Dan, aku tidak menyukainya. Tentu saja kam
annya pengawas 'kan?" Aku menanyakan sambil menyendokkan nasi. Agar lebih cepat menghabi
a harus buru-buru men
it –seperti perjanjian di dalam kontrak kerja. Kehadirannya mungkin membuatku berada dalam masalah. Harus menyelesaikan waktu makan m
nokio. Tetapi, setiap kali ada waktu luang. Ia akan mengganggu dengan menanyakan banya
pasar bisa dibilang cukup sedikit. Aku tidak berani mengambil resiko dengan memberitahukan tempat tinggalku terhadap ora
enyenggol pundak dan membuatk
berada di Gianyar. Kira-kira perlu waktu satu jam lebih untuk mencapai tempat kerja. Aku sempat heran mengapa ia mau bekerja
abku singkat. Lalu, ia hanya tersenyum lebar da
sama sekali. Dan hal itu tidak dapat kulakukan sampai
emudian, aku akan terdiam lagi. Jujur saja. Berada di tempat kerja yang penuh dengan pria, membuatku merasa sedikit canggung. Wa
al-hal yang terjadi di hidupku. Keluarga, keinginan untuk kuliah, dan Dwiyan. Dari sekian banyak masalah yang kuhadapi. Yang terberat adalah memikirkan jalan keluar dari hubungan
berjualan bensin bersama-sama. Belum lagi kalau ada selisih, pengawas lapangan akan mencoba untu
dalah tanggung jawab bersama. Itulah alasan mengapa setiap seminggu sekali, aku pasti tiba di rumah pukul satu pa
dulua
eralatan makan yang sudah dicuci dengan menaruh di lokernya. Karena merasa cukup lelah, aku menga
uran di sofa ruang keluarga sepulang kerja –setiap mendapat shift pagi, aku sampai di rumah pukul dua siang. Aku sudah men
lapan jam cukup membuat letih. Karena setiap kali bekerja kami tidak diijinkan untuk duduk. Melainkan harus berdiri mengisi bensin. Menurut manajer di
engatakan kalau pekerjaan sebagai operator bensin cukup berbahaya, karena terlalu sering menghirup bau menyengat dari bensin. Seorang pembeli
utup pintu pada ruang loker dan memakai topiku. Setibanya di luar, aku melihat banyak sekali antri