Di Sudut Memori
unglah masih ada yang berjualan di pagi buta. Kalau tidak, aku pasti akan kelaparan dan belum bisa memejamkan mata
arahan. Ada sedikit rasa kecewa. Mulanya aku ingin berlalu saja dan bergegas unt
tiba-tiba seperti itu membuatku berpikir sejenak.
kali. Tapi, kehadiran ibu sekarang justru mengingatkanku pada peringatan untuk mengakhiri hubunganku dengan Dwiyan. Aku ingin mengelak dan membahas mengenai
ah berula
ekarang bukan waktunya bermain-main dengan perasaan. Aku memerlukan seseorang yang tahu kekuranganku, namun masih ingin men
ah berpikir keras. Aku ingin berbicara. Mengatakan semuanya. Apa yang kuli
aktu aku hanya berani bernyanyi di depannya dengan petikan gitar akustik yang membuat alunan nada di
u tidak suka pacarmu itu anak band. Kamu
gas di kantor. Kalau senggang pun ibuku memilih untuk beristirahat lebih awal. Jadinya, selama ini berbagai m
an baru mengenai rencana ke depannya. Ia pasti akan menanggapi dengan antusias bahkan selalu memberikan semangat. Mimpi-mimpi yang
rasakan cukup sulit. Tidak terucap sepatah kata pun ketika aku tiba-tiba menangis di kelas karena mendapat masalah di rumah. Dan me
a Ibu ingin bertemu dengannya?" pertanyaan itu kulontarkan tanpa sengaja. Sejak awal hubungan ini
kamu tiba-tiba menyukai anak band. Ibu malas bertemu. Apa ini pengaruh dari teman-temanmu?" tanya
uangkan rasa yang kumiliki. Selama beberapa tahun terakhir, aku selalu menurut sewaktu ibu melarangku berpacaran. Tap
pembeli. Baik itu di pos premium motor atau pun mobil. Tadi, aku sempat menggantikan teman yang sedang tidak enak badan. Makanya untuk hari i
Sekarang Citra ingin bersih-bersih dan b
lebih jauh lagi. Nanti, kalau ada waktu
n. Barulah nanti beristirahat. Untunglah hari ini libur. Jadi tidak perlu bangun terlalu pagi untuk be
pintu menutup di sebelah. Aku benar-benar sendirian sekarang. Menatap kedua tanganku yang kulitnya semakin cokelat karena terbakar sinar m
uk mengakhiri hubungan dengan Dwiyan. Aku membutuhkannya sebagai tempat ber
ra dengan teman di sebelahnya. Atau, ada beberapa pembeli terlalu terang-terangan mengamati dari atas sampai bawah. Di amati begitu membuatku merasa asing dan san
Operasional Pekerja. Contohnya saja, mengucapkan salam atau selalu memulai pengisian bensin dari nol. Banyak reaksi dari pembeli yang kutemukan jika menerapkannya. Ada yang cuma tersenyum. Atau, m
tuk memulai shift pagi jam enam. Itu menandakan kalau kami harus berangkat sebelum matahari terbit. Kalau kata
ak mempermasalahkan kulitku yang terbakar sinar mentari, dan seragam yang basah penuh keringat. Karena aku cepat sekali berkeringat a
dada. Sebuah perasaan sedih dan kecewa secara bersamaan. Dulu setiap kali hendak bekerja, aku sering berpikir kalau seandainya ibu akan
lain, aku belum benar-benar yakin bisa mengerjakan pekerjaan itu. Bayangkan saja, aku hanya lulusan SMK. Apa yang aku ketahui hanyalah dasar-dasar dar
pu mendinginkan kepala dan menghilangkan segala keresahanku. Sebelum