Di Sudut Memori
inta untuk mengakhiri hubungan yang sudah berjalan selama satu tahun. Aku masih bungkam, tidak ingin menyuarakan pendapat, hanya melihat bagaimana ia ter
an atau kata-kata manis yang menenangkan. Dan juga bagaimana lengan kokohnya biasanya membing
biasanya bertemu, di sini sedikit lebih bising dan ramai pengunjung. Aku cukup menyukai salad yang dijual.
entang dan langit biru cerah dipajang di dekat meja kasir –terletak paling pojok kanan. Lagu-lagu yang diputar seluruhnya musisi lokal. Kata pegaw
n. Aku tahu, ia sudah tidak sabar mendengar langsung jawabanku. Kemarin saat menelepon
n ada masalah, lebih bagus jika menyelesaikannya secara baik-baik. Bukan malah tiba-tiba memutusk
i kayu. Setelah itu, mengeluarkan ponsel qwerty dan me
sudah memperingatinya. Haruskah kami tetap bertahan? Tiba-tiba aku merasa kerama
tanya Dwiyan dengan raut wajah kusut. Setelah diamati dengan baik, aku dapat menemukan kalau
ja. Ibu pasti merestui kita," jawabku masih kekeh pada keputusan awal. Kalau aku tidak akan pernah me
mu mau menghabiskan waktu untuk menunggu yang nggak pasti?" tanyanya dengan sepasang mata yang menatapku inten
ma ajakan teman menonton. Riuh terdengar dari suara pukulan drum, petikan gitar, gitar listrik, dan tiba-tiba terdengar suara seseorang menyadarkanku. Ia berdiri memegang mic
inya. Melihat bagaimana Dwiyan tersenyum ketika bernyanyi
tinya. Bukan hal nggak pasti. Selama kamu juga berusaha," jawabku pe
h terdiam. Dwiyan bangkit berdiri, kemudian duduk di sebelahku. Tangannya mengambil telapak tangan kiriku dan memakaikan cincin perak itu di
milih mengakhiri hubungan kita. Di luar dugaan, kamu justru ingin berjuang bers
Ia memberikan cincin yang begitu indah. Seakan sebuah pembuktia
pipi. Aku sudah tidak peduli kalau orang-orang melihat dan menganggap hubungan kami telah kandas. Ya
ut di rumah. Juga aroma parfum yang manis seperti campuran jeruk dan leci. Tepukannya pada punggung mengisyaratkanku berhenti menangis.
asih di sini. Te
a sehitam malam miliknya. Dengan bingkai kacamata kotak biru tua, membuatnya te
berinisiatif untuk memperkenalkan sesudah mereka manggung –temanku kenal dengan Dwiyan
ganmu meski pun banyak alasan yang menda
nya. "Tersenyumlah. Kamu nggak ingin orang-orang berpikir kalau
erlanjur tumbuh di hati. Perlu waktu setahun untuk menerimanya sebagai kekasih. Awal kami dekat tidak pernah berpikir untuk me
k wajah yang sepenuhnya tersenyum. Walau pun merasa aneh jika
erhana mampu membuatku tersenyum bahagia. Melupakan sejenak masalah
depan. Untuk sekarang aku hanya ingin mendukung keputusannya. Mencoba meraih
*
or. Karena perlu waktu lima tahun sejak pertama kali belajar untuk bisa membawanya ke sekolah dan berjalan-jalan bersama temanku. Aku memiliki orangtua yang menjagaku begitu hati-hati. T
ati kami bersama. Kuputuskan untuk pulang sendiri. Walaupun sempat ada pertengkaran kecil karena Dw
beberapa jam setelah sampai di rumah. Itulah alasan yang membuat perdebatan tadi. I
erangan, dan ukiran kayu patung anak kecil persis di sebelah sofa. Kem
n kamar mandi. Di dekat tempat tidur, aku menaruh meja kecil dan sebuah lampu berbentuk segitiga. Aku suka melihat cah
lebih nyaman. Setelah menaruh tas ransel di tempat tidur, aku mengambil ponsel dan menget
ana. Refleks aku tersenyum simpul. Cukup banyak cinta monyet singgah dan pergi di hati pada masa
ya. Hari kelulusan SMK paling berkesan. Karena di depan seluruh temanku, Dwiyan menyatakan cinta dan memberikan dua belas bunga kertas yang sang
edua orangtuaku yang memeluk bayi mungil dan tersenyum polos. Bayi itu adalah diriku. Sembilan belas tahun lalu. Aku merasa bersalah sekarang. Karena belum bisa menepati
ih bercerai hingga mereka terpecah sekarang. Kurasa itu bukan
g mampu didengar oleh seisi rumah. Ada banyak perasaan sedih dirasakan oleh Dwiyan. Ia berbicara seola
bersandar dan menampung kesedihan yang selalu disembunyikan. Keesokan harinya, Dwiyan mendap
sekali tidak lucu. Menjelaskan kalau masih ada tempat kuliah lain yang ada
uliah di universitas swasta. Akhirnya, aku membujuknya mencoba jurusan lain. Mungkin saja impiannya
anian. Memang bukan jurusan yang mudah untuk dimengerti. Tapi, Dwiyan
rikan semangat. Kalau Dwiyan mencoba mengikuti ujian lain pasti berhas
alah menyemangati setiap usaha yang dikerjakannya. Seperti sekarang, aku percaya kalau suatu hari