icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Di Sudut Memori

Di Sudut Memori

Penulis: madehilda
icon

Bab 1 Rasa Yang Membelenggu

Jumlah Kata:1787    |    Dirilis Pada: 17/10/2024

inta untuk mengakhiri hubungan yang sudah berjalan selama satu tahun. Aku masih bungkam, tidak ingin menyuarakan pendapat, hanya melihat bagaimana ia ter

an atau kata-kata manis yang menenangkan. Dan juga bagaimana lengan kokohnya biasanya membing

biasanya bertemu, di sini sedikit lebih bising dan ramai pengunjung. Aku cukup menyukai salad yang dijual.

entang dan langit biru cerah dipajang di dekat meja kasir –terletak paling pojok kanan. Lagu-lagu yang diputar seluruhnya musisi lokal. Kata pegaw

n. Aku tahu, ia sudah tidak sabar mendengar langsung jawabanku. Kemarin saat menelepon

n ada masalah, lebih bagus jika menyelesaikannya secara baik-baik. Bukan malah tiba-tiba memutusk

i kayu. Setelah itu, mengeluarkan ponsel qwerty dan me

sudah memperingatinya. Haruskah kami tetap bertahan? Tiba-tiba aku merasa kerama

tanya Dwiyan dengan raut wajah kusut. Setelah diamati dengan baik, aku dapat menemukan kalau

ja. Ibu pasti merestui kita," jawabku masih kekeh pada keputusan awal. Kalau aku tidak akan pernah me

mu mau menghabiskan waktu untuk menunggu yang nggak pasti?" tanyanya dengan sepasang mata yang menatapku inten

ma ajakan teman menonton. Riuh terdengar dari suara pukulan drum, petikan gitar, gitar listrik, dan tiba-tiba terdengar suara seseorang menyadarkanku. Ia berdiri memegang mic

inya. Melihat bagaimana Dwiyan tersenyum ketika bernyanyi

tinya. Bukan hal nggak pasti. Selama kamu juga berusaha," jawabku pe

h terdiam. Dwiyan bangkit berdiri, kemudian duduk di sebelahku. Tangannya mengambil telapak tangan kiriku dan memakaikan cincin perak itu di

milih mengakhiri hubungan kita. Di luar dugaan, kamu justru ingin berjuang bers

Ia memberikan cincin yang begitu indah. Seakan sebuah pembuktia

pipi. Aku sudah tidak peduli kalau orang-orang melihat dan menganggap hubungan kami telah kandas. Ya

ut di rumah. Juga aroma parfum yang manis seperti campuran jeruk dan leci. Tepukannya pada punggung mengisyaratkanku berhenti menangis.

asih di sini. Te

a sehitam malam miliknya. Dengan bingkai kacamata kotak biru tua, membuatnya te

berinisiatif untuk memperkenalkan sesudah mereka manggung –temanku kenal dengan Dwiyan

ganmu meski pun banyak alasan yang menda

nya. "Tersenyumlah. Kamu nggak ingin orang-orang berpikir kalau

erlanjur tumbuh di hati. Perlu waktu setahun untuk menerimanya sebagai kekasih. Awal kami dekat tidak pernah berpikir untuk me

k wajah yang sepenuhnya tersenyum. Walau pun merasa aneh jika

erhana mampu membuatku tersenyum bahagia. Melupakan sejenak masalah

depan. Untuk sekarang aku hanya ingin mendukung keputusannya. Mencoba meraih

*

or. Karena perlu waktu lima tahun sejak pertama kali belajar untuk bisa membawanya ke sekolah dan berjalan-jalan bersama temanku. Aku memiliki orangtua yang menjagaku begitu hati-hati. T

ati kami bersama. Kuputuskan untuk pulang sendiri. Walaupun sempat ada pertengkaran kecil karena Dw

beberapa jam setelah sampai di rumah. Itulah alasan yang membuat perdebatan tadi. I

erangan, dan ukiran kayu patung anak kecil persis di sebelah sofa. Kem

n kamar mandi. Di dekat tempat tidur, aku menaruh meja kecil dan sebuah lampu berbentuk segitiga. Aku suka melihat cah

lebih nyaman. Setelah menaruh tas ransel di tempat tidur, aku mengambil ponsel dan menget

ana. Refleks aku tersenyum simpul. Cukup banyak cinta monyet singgah dan pergi di hati pada masa

ya. Hari kelulusan SMK paling berkesan. Karena di depan seluruh temanku, Dwiyan menyatakan cinta dan memberikan dua belas bunga kertas yang sang

edua orangtuaku yang memeluk bayi mungil dan tersenyum polos. Bayi itu adalah diriku. Sembilan belas tahun lalu. Aku merasa bersalah sekarang. Karena belum bisa menepati

ih bercerai hingga mereka terpecah sekarang. Kurasa itu bukan

g mampu didengar oleh seisi rumah. Ada banyak perasaan sedih dirasakan oleh Dwiyan. Ia berbicara seola

bersandar dan menampung kesedihan yang selalu disembunyikan. Keesokan harinya, Dwiyan mendap

sekali tidak lucu. Menjelaskan kalau masih ada tempat kuliah lain yang ada

uliah di universitas swasta. Akhirnya, aku membujuknya mencoba jurusan lain. Mungkin saja impiannya

anian. Memang bukan jurusan yang mudah untuk dimengerti. Tapi, Dwiyan

rikan semangat. Kalau Dwiyan mencoba mengikuti ujian lain pasti berhas

alah menyemangati setiap usaha yang dikerjakannya. Seperti sekarang, aku percaya kalau suatu hari

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka