DI ANTARA DUA HATI
akan blazer putih yang pas dengan tubuhnya. Sepatu hak tingginya berbunyi setiap kali bersentuhan dengan lantai marmer hotel mewah tempat acara bisnis berlangsung. Ia baru saja keluar da
n yang dipenuhi orang-orang berpakaian rapi. Ia menyapa beberapa rekan b
t sekaligus koleganya yang sedang duduk di
terus-menerus menuntut ide-ide baru. La
familiar, meskipun sudah lebih dari sepuluh tahun berlalu sejak terakhir kali ia melihatnya. Adrian. Mata Alya membelalak sedikit, tidak perc
ri gerak-geriknya. Ketika mata mereka bertemu, ada keheningan sesaat di dalam hati Alya. Dunia di sekitarny
ga penuh kekecewaan. Hubungan mereka berakhir ketika keduanya harus mengejar impian masing-masing. Adrian memilih pergi ke luar negeri untuk mengejar kariernya sebagai pengusa
an kembali hadir di hadapannya. Alya menelan ludah, berusaha m
ndi sebentar," ujar Alya terburu-bu
apa Adrian harus muncul sekarang? Kenapa di saat hidupnya sudah stabil dengan Bayu, suami yan
kenangan itu terus menghantui. Dulu, ia dan Adrian pernah merencanakan masa depan bersama. Mereka ber
ke dalam, sebuah suara fami
n-tahun tak ia dengar, masih teta
drian berdiri, menatapnya dengan seny
uk. Bagaimana bisa satu pertemuan sederhana ini menge
meskipun dalam hatinya, waktu teras
n matanya menelusuri wajah Alya, seakan mencari sesua
rinya ada ribuan pertanyaan yang berp
lama di luar negeri. Rasanya seperti pulang ke rumah," jawab
an diri dari percakapan ini. Di sisi lain, ada rasa penasaran yang tak bisa ia abaikan
agaimana?" tanya Adrian, suar
-baik saja. Karierku berkembang, aku menikah...
"menikah." Ia menarik napas panjang. "Aku sen
u mencoba menyembunyikannya. "Kamu sendiri? Sudah menikah?" ta
geleng pelan. "Belum. Sepertinya,
dan segera kembali ke dalam, tapi bagian dari hatinya ingin tetap tinggal. Ada banyak kenang
mu lagi. Bukan dalam acara seperti ini, tapi unt
bisa menjadi awal dari sesuatu yang berbahay
antara apa yang harus ia katakan
ranya tegas namun tetap lembut. "Aku janji tidak akan
engguncang stabilitas hidupnya. Tapi bagian dari dirinya yang tak bisa ia aba
Alya mengangguk pe
penuh arti. "Sa
ku di balkon. Angin sore yang sejuk tak mampu menenangkan hatinya yang kin
kegelisahan, dan sedikit rasa bersalah. Pertemuan tak terduga dengan Adrian seolah membuka kembali lembaran hidup yang telah l
snis itu masih berlangsung, suara-suara percakapan, tawa, dan musik latar membuat suasana terasa kontras
tanya Rani sambil menyipitka
awab Alya, mencoba mengendalika
pun. "Kamu kenapa? Mukamu kelihatan aneh,"
an. Tapi entah kenapa, ia merasa ini terlalu pribadi untuk dibagikan, bahkan kepada R
lahan," jawab Alya, mencoba mengelak. "Kita pu
, tapi tidak memaksa. "Ya sudah,
muncul lagi setelah bertahun-tahun? Bukankah mereka sudah memutuskan jalan hidup masing-masing? Tapi di balik semua pertanyaa
tamu. Pria itu, seperti biasa, duduk dengan buku di
isnya bagaimana?" tanyanya sam
. "Biasa aja, banyak percakapan formal yang me
ya dengan lembut. "Kamu butuh istiraha
ng. Alya tidak bisa memikirkan alasan untuk merasa kurang puas dengan kehidupannya bersama Bayu-semua terasa stabil, nyaman, dan aman. Tapi di bali
sebelahnya, ia menatap suaminya. Pria ini, yang telah bersamanya melewati suka dan duka, selalu ada di sisinya. Dan di saat yang s
seorang rekan bisnis," kata Alya, mencoba memb
n ekspresi netral. "O
isa dibilang begitu. Cuma
aan. "Baiklah, asal kamu tidak terlalu ke
an siang biasa. Tidak ada yang salah. Ia hanya akan berbicara dengan Adrian, seorang pria dari masa l
dalam kehidupan sehari-hari. Bayu selalu menjadi pasangan yang sempurna, tapi entah kenapa malam itu Alya merasa ada jarak yang tak bisa ia j
e hari-hari di mana Adrian adalah pusat dunianya. Waktu itu, cinta mereka begitu kuat, begitu penuh gairah, hingga ia berpik
an. Apakah ia cukup kuat untuk tetap berada di jalur yang telah ia pilih? A
setidaknya untuk sementara. Tapi di balik kelopak matanya, bayangan Adrian tetap hadir, menginga
ambu