KEPINCUT PAPA MUDA
untuk ditanami aneka bunga dan bonsai. Althea tadinya diberikan sebidang tanah oleh Opanya, kemudian ia bangun sendiri dengan jerih
tinggal di kost, karena memang letak rumah sang Opa yang jauh dari lokasi kampusnya. Dengan padatnya jadwal kuliah kedokteran, Althea pikir akan lebih efisien jika ia tinggal di d
ampak Althea keluar, berbalut dress simple navy selutut dan tas tangan puti
jamuan makan malam dengan mobil milik Yolanda. Mereka memutuskan untuk berangkat bersama, dengan maksud agar ada alasan jika mereka meninggalkan aca
k ketiga sahabatnya untuk menemui sang pemilik acara, Dokter Diana. Di tengah ruang dengan meja m
promosinya. Semoga dengan promosi ini membaw
ran Althea, tangannya dijabat lebih lama. Tiga sahabatnya sudah membaur bersama tamu
k senior, siapa tahu mereka tertarik menjadi donatur ata
ng pipinya semakin mempermanis waj
betes Anak yang telat kami tangani karena prosedur rujukan pasien ke Rumah Sakit besar agak ribet. Kalau makin banyak yang bisa memberik
menjadi Dokter pengganti di Rumah Sakit, musim begini biasanya banyak
a panggilan IGD. Lagian nih Dok, jomblo macam aku sela
ng lebih gemar berada di Klinik dan Rumah Sakit ketimbang di Mall atau Salon. Tidak seperti wanita-
selalu jomblo" tanya Dokter Diana. Dia cukup mengenal Althea dan ketiga temannya mulai dari b
encoba untuk mengelak dari modus-modus mak c
yang mau sa
ial." Dokter Diana menatap Althea dari atas ke bawa
arena tipeku a
mal' kan?" Dokter Diana men
a kaya raya yang mau sama aku. Syukur-syukur sudah tua. Ha
Baiklah aku sapa yang lai
kalinya rekan sejawatnya menanyakan soal pacar atau status. Mereka mengira, karena kemana-ma
mulai dari hidangan pembuka, menu western yang mahal hingga kudapan dan dessert ludes seketika, dan masih ada wine premium
engurangi rasa pening di kepalanya sejak kedatangan tante dan sepupunya. Namun ia lupa jika jamuan makan malam biasanya menghidangkan wine. Dan
HP-mu b
ah
belahnya, menunjuk dengan dagu pada tas tangan Althea di pan
n memohon ijin rekan-rekan semejanya untuk menerima telepon itu. la tidak melihat nomor atau nama si penelepon, tapi karena berbunyi
Althea dalam hati sambil mengetuk layar ponselnya. Panggilan sempat mat
al
ma.
, ha
kakak
narik seluruh kesadarannya. 'Mama? Mulai kapan aku punya anak, sedangkan
lah sambung," ucapny
ng telepon mem
Lia sakit, Lio
a itu masuk ke dalam otaknya. 'Ah,
rdiri dari duduknya, meraih tas tangan yang ia tinggalkan di meja,
Jangan nangis, Mam
Dokter Diana, menggunakan alasan pasien emergency. Setengah berlari menuju keluar restora
Kamu mau
laa
a mengusap bahunya. "Apa a
Kali ini suara Ga
masuk ke lift yang membawanya menuju lobby, masuk ke dalam taxi y
arkan tubuh ke kursi. Tidak peduli pada taxi yang melaju gila-gilaan di jalan raya
ya-tanya, apa benar tadi yang meneleponnya adalah Adelio. Untuk memastikan, ia memencet bel. Tidak ada yang membuka pintu, ia k
!" ter
Tenang sayang, Mama datang
Ma. Lio t
io bukakan pagarnya?
io nggak tahu, Mama.
akit. Sabar
n membantunya masuk, ia memilih menaiki pagar setelah melepas sepatunya dan berharap tidak jatuh. Untung saja potongan gaun Althea malam ini agak lebar di bagian bawah, sehing
piri dan meraih tangann
ia. Di mana Bi Mar
eleng. Bukan salah anak itu, karena mal
ka, Althea melongo, melihat betapa besarnya kamar itu. Tatapannya tertuju pada ranjang besar, se
a ..
ya ia tidak membawa peralatan Dokter-nya Menoleh pada
un ia tidak menemukan kompres yang dicari. Biasanya orang tua dengan anak-anak
atas kompor lalu menyalakannya. la mencari wadah apapun, mengisi dengan a
kamar ada h
guk. "Ada Ma,
lurkan handuk pada Althea. Perlahan Althea mengompres Adelia. Anak perempuan itu teru
, saat ada anak kecil sakit dan ditinggal tanpa pengawasan. Ke mana perginya pe
Marni? Dari tadi
Adelia. Seulas senyum muncul dari bibirnya. Mendadak, rasa kantuk menguasainya. Althea membuka s
°♡
irkan kendaraannya di carport, sedikit lelah untuk memarkirkannya ke dalam garasi. la meraih koper kecilnya di jok tengah lalu menye
eh karena biasanya Bi Marni sudah berkutat di dapur jam segini. Evan
penser, lalu meneguknya. Beberapa hari ia tinggalkan, rumah dalam keadaan sama. Tidak ada ya
dengan benar. Anak-anak bisa dikend
ndapati panci di atas kompor. Tidak biasanya begitu, Bi Marni selalu mer
pintu dan tertegun. Di ranjanganya, kedua anaknya sedang berbaring dengan seseorang yang t
pangkal paha dan menunjukkan kakinya yang jenjang dan mulus. Evander menghela napas panjang, memiring
Kenapa ada
mulut wanita itu. Menghela napas panjang, Evander duduk di kursi, menatap kedua anaknya d