Dilema Sang Sekretaris
les, Cal
iew Apar
tahun itu menatap datar pada cermin, namun kecantikannya tidak berkurang sedikitpun, sepe
dengan tubuhnya, dipadukan dengan blus putih berkerah, dan se
peniti berhias bunga kecil, memberikan sentuha
pilannya. Sorot matanya yang tajam dan senyumnya yang ramah membe
nginannya, Grace mundur dari depan cermin dan berjalan menuju meja rias. Ia duduk
membuat Grace sedikit tersentak kaget. Ia melirik pada layar yang tengah menyala terang d
io is ca
dari wajahnya. "Dia ini mau apa sih, menelepon pagi-
erdering untuk kedua kalinya. "Kamu benar-benar menyebalkan, Marimar!"
wanya dekat ke telinga. Ia menekan tombol berwarna hijau
Grace," suara b
hubungi saya pagi-pagi begini? Saya sedang sibuk bersiap-siap
bisa tahu apa yang sedang kamu lakukan sekarang. Kedua, aku bukan suamimu, jadi bagaimana aku bisa paham dengan
mbil memutar malas kedua matanya. "Dasar tidak jelas!" dengusnya. Kekesal
mpai menelepon saya sepagi
ahwa aku sudah di bawah me
ri, tuan. Anda tidak perlu
ce. Aku sudah di sini dan
pekik Grace dengan
Arvind sebentar. Dia pasti merind
ih tidur. Anda tidak perlu naik. Tu
ah itu mempercayaimu. Dasar
anggilan berakhir. Panggilan tersebut diakhir
31 tahun, Mario Adisson, kakak sulung dari atasan Grace di kantor, berdir
, pintu terbuka lebar menampilkan seorang wanita sepantaran den
mengulurkan kedua lengan mungilnya pada Ma
ddy," kata Mario sambil mencium pipi gembul Arvind. Balita itu bernama
apartemen Grace, dipersilakan oleh
amar?" tanya Mario kepada
Tuan," j
emfokuskan pandangannya pada Arvind,
mungkin dia pingsan?" ucap Mario sambil berdiri dari duduk. Mario meng
h menuju kamar Grace dengan Arvin
un pintu beberapa kali, dan setelah mendengar suara Grace dari dalam,
e, seperti mau kondang
ya yang sudah dianggap seperti anak kandung sendiri. Mengulas se
t mengecup pipi gembul balita itu. Namun, naa
tertahan. Dia ingin memprotes, n
akukan kesalahan apapun. "Tidak sengaja, Grace. Oh, ayolah, jangan terlalu perc
gelak lagi!" kesal Grace tanpa mempedulikan
i aku hanya berdiri di sini? Bahkan tubuhku tidak bergeser dari t
. Ia muak terlalu lama meladeni Mario karena pria it
s, sebaiknya lanjut bersiap-siap biar kita tid
n kegiatan yang belum selesai. Sementara Mario sudah keluar menuju ruang tengah ber
menit b
Grace menghampiri Mario. Pria i
pi gembul Arvind. Balita berusia satu tahun itu semp
Mommy mau berangkat kerja. Oke
Daddyyyy!" Ia mengulurkan ta
i ini, susah mau lepas dari Mario. Namun, Grace memaklumi dan selalu b
erasa nyaman bersama Mario sehingga ketika mereka sudah b
membujuk balita itu dengan berbagai cara hingga dia berh
men dan turun bersama menuju lantai dasar. Setelah bebera
nya?" Tanya Mario sambil melirik sebentar pada Grace, bersama dengan
"Bilang saja kalau kamu sedang menawarkan diri men
n kembali menatap fokus
ndela. "Hah...! Sudahlah, Grace, jangan berulah,"
bali menghampiri Grace. Ia
*