Adegan Panas Malam Pertama
ah berangsur sepi. Malam pun semakin larut. Satu per satu di antara mereka yang telah hadir, pamit undur diri kep
emakai high heels. "Yaank ...!" rengek Maya dengan Manja, di
tanya Arthur menoleh ke samping, mel
s memegangi kakinya yan
ikut memegang kaki istrinya. Di raba, dan dia c
ek Maya semakin manja. "Mungkin, kare
atas kakinya, memijatnya dengan serius, berusaha unt
sanya yang lebih bahagia, ketika kita bisa mencintai, dan juga dic
Arthur yang terus memijat
awab Maya
irik Maya dengan kerlingan mata genitnya,
ya memalingkan waja
in?" Arthur menarik tubuh Maya ke
rhenti karena Arthur membungk
ciumannya. Arthur memegangi kepala belakang Maya dengan tangan kanannya
a menikmati setiap kegiatan Arthur. Sekarang, Maya merasa menjadi orang yang paling munafik. Jiwa, dan raganya kali ini tidak se jalan. Raganya mau melepaskan diri dari Arthur, dan me
i Arthur, dan Maya. Mereka tidak mau mengganggu aktifitas dua sejoli yang sedang saling bertautan bibir
am rongganya. Arthur mengusap lembut punggung istrinya dengan bibir yang tetap menyatu dengan Maya. Sedangkan Maya telah mengalungkan tangannya ke leher sang suami dengan sangat manja. Tangan Arthur menjalar, menjelajah tiap lekuk tubuh wanita
oli itu berdesir seakan terkena sengatan listrik, membuat mereka semakin enggan untuk melepaskan satu sama lainnya.
ru, Arthur tidak bisa move on dari sana. Dia merasa ketagihan untuk bermain di gunung sintal milik istrinya. Maya yang mendapat pi
n mereka. Karena, merasa sesak napas, dan keba
saling lempar senyuman yang penuh arti, da
enarik Maya ke dalam pelukannya
tuk ku miliki, dan ku jadikan permaisu
u sebagai seorang istri mu." Maya membalas pelukan suaminya dengan perasaan
a untuk mencium bibir ranum sang istri. Tapi, aksi Arthur langsung di gagal kan oleh Maya. Maya menepis wajah Arthur dengan tangannya,
ermain sebuah permainan kartu yang biasanya dimainkan oleh sekelompok orang. Maya tid
gumam Maya pelan, yang masi
hilaf gimana?" t
dangkan di depan sana masih ada teman-teman
las ciuman aku?" uca
kita sedang berciuman seperti tadi. Mereka akan mele
man sama aku," jawab Arthur meras
mungkin aku menyesalin
t, sudah malam." rengek Maya,
nggendong tubuh Maya ala bridal style menuju kamar
lungkan tangannya ke leher Arthur, dan memainkan jemari lentiknya di sekitaran leher bela
undang si tombak pusaka untuk berdiri menantang di balik celananya. Tombak pusaka yang sudah berada dalam mode on itu
ik Arthur dengan suara berat karena gelor
kasih ampun. Aku akan hukum kamu sampai gak bisa b
seakan semakin menantang sang suami. "Bena
ntikannya. Tapi, aku gak bakal menghentikannya. Kamu harus bersiap-siap
jawab Maya yang juga sedang
sempat terlepas saat Arthur menidurkannya di ranjang. Arthur beranjak naik ke atas tempat tidur tanpa melepaskan pagutannya. Tangan Arthur bergerilya kesana kesini, dan menerobos
il yang masih belum begitu terbentuk di dalam sana. Dia memainkan, dan memelintir bola kecil di pucuk bukit kembar itu dengan gemas, sesekali dia membuat
yang lebih. Tangan Maya bermain-main di sekitaran roti sobek yang kini berada di atasnya, saat tangan Maya menyentuh bu
okan daging berbentuk sosis yang sudah mengeras itu dari balik kain yang menutupinya. Sedangkan Arthur kini beralih posisi,
engan sangat rakus, beberapa tand
gitu saja dari mulut Maya ketika Arthu
thur, saat Arthur menghisap, dan menjilati
in di antara dua bukit kem
berdansa di dalam rongganya. Sekarang, Arthur, dan Maya benar-benar sudah di mabuk hasrat dalam diri mereka. Pemanasan yang beraw
ckpot dalam permainannya. Birahi Arthur seperti sedang disiram air telaga. Tangan Maya yang lincah, di tambah goyangan puting beliungnya di atas pusaka Arthur membuat Arthur benar-benar gila di bawah dirinya. Walaupun Maya bergoyang t
suami. Dengan Mata berbinar, Maya memainkan dua bulatan kecil itu. Dia memelintirnya pelan, dan sedikit menariknya lembut. Tidak puas dengan memelintir, d