Wedding Chaos
m bal
tunya sahabat karibnya di perusahaan ini. Pertemanan mereka terjalin sejak Salsabila masih menjadi pegawai
tanya Salsabila meng
jawab Rinda sambil terkekeh. Dia cukup heran apa yang mem
abila dengan garang. Ia memang tidak menyukai sematan nama itu.
s Putra lagi otw ke sini." Rinda kemudian menoleh melihat semua timnya yang sudah tidak a
r perkataan Rinda yang sudah akan
a sedang mikirin apa?" tanya Salsabila. "Oh, baiklah kamu bisa pulang ba
Rinda dengan nada penuh permohonan maaf, lalu merapikan meja kerjanya. Kemudian ia k
. "Eh ada Ibu Salsa. Bagaimana nih kabar Ibu, setelah menjadi direktur?" Wanita yang bernama Rara itu men
h akrab dan berteman baik. Oleh karena itu, mereka tida
tersenyum. "Lo sendiri kenapa bel
uh, dia baru keluar," ujarnya lagi saat melihat suaminya muncul dari balik pintu. "Aku duluan ya, guy
ami Pipit yang mengkhawatirkan istrinya pulang malam sendirian, dan suami Rara yang selalu siaga setiap waktu
rti mereka apa memang ada?" Melainkan,
tu. Hari ini ia meminta Dimas untuk pulang terlebih dahulu dan membiarkannya menyetir mobil sendiri, semua itu ia lakukan semata-mata karena dia be
ara pedagang kaki lima memasang tenda-tenda, dan para pejalan
amun, untuk saat ini, untuk pertama kalinya setelah tiga tahun menjalani sebuah pernikahan tanpa visi misi dia merasa begitu kesepian dan merasa sendir
erak beberapa puluh meter. Ia berdecak, menghentikan laju mobil dan menunggu mobil di de
yeka air yang menyerang kaca. Bias lampu-lampu dari kendaraan lain h
tidak akan meminta Dimas untuk pulang lebih
klakson tidak sabar dari beberapa kendaraan mulai terdengar. Para pedagang ka
a melaju dengan lebih cepat. Tentunya setelah melewati rumah makan Seroja yang memang akan penuh di saat-saat seperti ini. Banyaknya
a akan melakukannya. Ia akan menunggu hujan reda da
milih merebah untuk mengistirahatkan otot-ototnya yang menegang karena
g merupakan salah satu kendaraan yang terparkir di depan restoran itu. Salsabila mengenal plat
obil
menemukan sosok Alan berjalan mendekat ke arah mobilnya, bersama seor
abaikan pemandangan itu, dia tidak kaget lagi. Dia sudah terlalu sering menyaksikan peman
u tangannya memegangi payung untuk wanita itu yang baru saja ingin memasuki mobil. Dengan cepat Salsabila mengalihkan pandangan, tan
hal dia tahu kalau semua itu hanyalah kebodohan. Bodoh, karena bertahan padahal ia akan tahu siapa