Dikejar Jodoh
nada suara yang berusaha ia buat senormal mungki
a gak boleh a
tiap akhir pekan?" Elena menghampiri wanita yang ia panggil dengan sebut
lagi ke Bandung." Elena menganggukkan kepalanya. Bunda memang beke
. Dari nada bicaranya, Elena tahu jika sang Bunda sedang marah kepadanya dan ketik
adi sarapan, makan siang jadi makan malam. Memang kamu sepertinya harus punya alarm hidup yang ingetin kamu supaya gak telat makan." E
udah gede, l
berdua sama aja. Mentang-mentang Bunda gak tinggal bareng kalian jadi suka s
ama seperti ibu-ibu lain yang akan terus berbicara untuk menutupi rasa khawatirnya. Yah, se-tua apapu
il piring yang sudah terisi nasi da
katakan walaupun mungkin ada nada protes yang mengisi kepala mereka, keduanya akan tetap mendengarkannya. Yah... walaupun jik
tuk menikah?" tanya Bunda
makanan yang ia telan kali ini terasa hambar. Dirinya bahkan denga
dah cukup matang, Len," tambah Bunda karena Elena mem
ena. Tangannya meraih gelas dan menenggak isinya untuk sejenak menetralk
a sempat terkekeh mendengar ucapan Bunda yang sarat akan k
a Bunda. Punya Elang. A
ud Bunda, Len." Bunda men
ahannya. Mencoba percaya jika akan ada saatnya Elena datang padanya mengenal
Elang. Yang Bunda maksud suami, Len. Kapan kamu
nang yang coba ia tunjukkan di saat hatinya sedang bingung untuk merespon pertany
a dengan nada lembut tanpa intimidasi. Tetapi pertanyaan yang Bunda lontarkan bukanla
ar?" tanya Felicia sembari menatap Elena dengan tatapan sendu. Ia sebenarnya tahu apa yang menyeb
an dari dirinya. Ia berada di posisi sulit. Jika ia jujur, Bunda pasti terluka. Teta
ni, tidak akan mau bicara sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Ele
nya membahas masa depan yang entah akan berakhir seperti apa. Layaknya menjalani suatu perjalanan dengan seseorang yang bahkan tidak kita tah
dengan kamu. Kamu berbeda dengan Bunda. Kamu gak akan bernasib
. Tidak menutup kemungkinan Elena trauma akan pernikahan jika ia melihat dengan mata dan kepalanya sendiri bagaimana seorang pria y
anya menuntut. Kamu tau itu kan?" tanya Bunda sambil
n, Len. Kamu harus bangun masa depanmu dengan keluargamu sendiri." Jujur, Felicia ta
Kali ini aja, Len. Tolong kamu penuhi keinginan Bun
saan sakit yang mereka pendam selama bertahun-tahun. Perih yang tidak bisa digambarkan dengan kata, hingga mereka memili
Damar kirimkan padanya jika pria itu ingin hubungan mereka masuk ke tahap yang
a sinyal itu dengan bahagia seperti wanita lain yang akan bahagia begitu kekasih yang lama ia pa
erharap melalui udara yang masuk ke dalam paru-p
e terima ajakan Da
*
Wanita itu bahkan menyempatkan diri membeli beberapa makanan untuk ia persiapkan di apartemen Damar. Karena selama ini Damarlah yang biasanya sibuk
untuk hubungan mereka yang akan melangkah ke jenjang yang lebih serius. Malam itu ia akan menjawab kesediaan
a yang telah menjadi kekasihnya itu. Jujur, ia tidak pernah datang sendirian ke
kan memantapkan hatinya untuk menerima permintaan Damar untuk menikah dengan pria itu.
intu yang terlihat berserakan, seakan si pemilik terburu-buru melepasnya. Sepatu berhak tinggi berwarna merah itu membuat Elena berpikir. Seingatnya, Damar tidak memili
masuki apartemen Damar. Menyimpan kue dan beberapa barang yang
h suara asing menyapa telinga Elena. Suara se
yang tidak biasa. Suara itu makin kencang terdengar ketika dirinya semakin mendekat ke arah kamar sang kekasih. Suara
mendorong pintu kamar Damar yang tidak tertutup sempurna. Mata Elena membola. Degup jantung Elena berdetak lebih kencang. Wanita itu merasak