Suami Muda Nona Konglomerat
ali ke rumah yang pasti membuatnya semakin uring-uringan. Sekarang saja tawaran
W
a ke ruang fitness, Dewa segera melet
gok di jalan, dan dia tidak bisa menghubungi Gu
dah, Abang
nikan hari
gipula aku nggak ada j
. "Oh iya, hampir saja lupa. Nanti ada yang mau datang. Dia masih pemula. Aku juga belum tau orang
wa sambil mengangkat ibu jari
aku pergi
rhatikan Cakra lewat dinding kaca transparan, dan mengetahui lelaki itu masih saja berlari k
ec Deck Fly, kemunculan seorang
onal Traine
t mana yang ingin kam
udah beberapa kal
ikl
tas alat tersebut. Mengingat pemuda itu memiliki tubuh lebih berisi, Dewa de
berani mencoba alat yang lain. Pun dengan Dewa yang benar
tuh berapa lama pemula sepertiku bisa
njawab tenang setiap keingintahuannya. "Kamu bisa memiliki tubuh tak ka
angat keras. Asalkan Kakak
ewa mengibaskan tangan itu, dan segera menjauh. Sekujur tubuhnya se
lagi besok di tempat manapun, terserah!" kata
anpa sekalipun menoleh ke belakang. Ia paling benci jika ada laki-laki bertulang lunak
r mineral yang ia ambil sebelum meninggalkan ruang fitness, Dew
. Cukup menyeberang jalan raya, Dewa bisa menghindari p
erpasangan. Tawaran Tika justru kembali melintas. Berharap bisa mengusirnya dengan me
laku?" gerutunya seraya mengangkat botol yang sudah kosong. Lantas, segera melemparkannya ke kotak sampah yang tida
at ini? Bukankah seharusnya
tidak begitu peduli--masih memperhatikan anak
tu temanku meminta kit
an menunggu sabar se
h, Honey. I
u more,
lain yang bisa mendengar itu, meng
uara, dan kembali menoleh untuk mempertegas penglihatannya. Benar saja, seketika
a itu, tak lain Clara. Perempuan matre yang kemarin lusa baru memutus hubungan
wa dalam hari. Mengetahui pasangan itu bersandar pada
sertai dua kali pukulan keras mengha
lelaki yang bersamanya jatuh tersungkur di atas rumput. "Apa kau sudah gila!! Apa masalah
aki-laki bodoh yang mau membuang banyak uan
ak
di sudut bibirnya. "Kenapa? Tidak terima? Bukankah itu kelebihan orang tuamu dalam me
t menjijikan!" Tersenyum sinis melihat Dewa menajamkan mata. Namun, bukannya takut, Clara justru semakin berani menantang. "Apa yang b
au
, Honey? K
ari tempatnya. "Diam di tempatmu! Atau kau ingin siapapun tidak b
membersihkan tangannya yang kotor. Rupanya wajah
t di dekat hidung Clara. "Aku bisa melakukan
a membuat onar itu menghadangku di jalan. Aku tidak akan pernah memutar arah. Aku akan membawa kalia
awa Dewa semakin menggelegar di udara. "Lihatnya. Baru menghadapiku saja kedua kakinya sudah bergetar. Lantas, bisa kau bayangkan akan semengenaskan apa dia saat mengetahui pasukanku ada ratusan orang?" Maju satu langkah
disertai tatapan remeh. "Kau dan pasukanmu yang ratusan itu akan membusuk di penjara. Aku pastikan it
lan memutar dan membuka pintu samping kemudi. Sejurus kemudian mobil berwarn
. Lihat saja nanti, bagaimana ka