Suami Muda Nona Konglomerat
n mengetahui siapa yang berdiri di hadapannya. "Jika kedatanganmu berhubunga
ng sebenarnya, Tika. Apa yang terjadi tidak seperti yang dilihat s
n ke belakang punggung, mengetah
jelaskan lagi. Kau telah
ase. Kami tetap menjalani hidup masi
sekali tidak peduli dengan apa yang Roland jelaskan. Wajah malasnya seakan me
diperjuangkan lagi. Kedepannya kita hanya partner. Bukan lagi dua orang de
"Tapi aku masih ingin kita seperti dulu, Tika. Ka
artika, dan itu sesuatu yang ba
ap pada keputusannya. Semua harus segera dihentikan, sebelum
tan bisnis. Tidak ada cinta, ataupun komintern di dalamnya. Kami juga s
yang tiba-tiba menyusup hati. Ternyata Roland tidak pernah peduli dengan apa yang ia r
an perasaan orang yang dicintai
askan setelah sada
baik-baik saja? Hei.. liha
eketika menajamkan mata. Terlihat jelas lelaki itu tengah menahan kesal. Tapi Dewa mengabaikannya
Kenapa tamumu tidak
unjukkan sikap manisnya di depa
ik saja jika kau
nggalkan kecupan singkat di puncak kepala Tika, Dewa mengulas senyum licik meng
pan mata, Roland bertanya lantang. "Jawab Tika! Siapa dia dan ken
ah, pun dengan pakaian santai yang pemuda itu kenakan. Hanya lelaki bodoh yang tidak
au inginkan? Tinggal bersama agar
kkk
amping. Ia bahkan sampai mematung sepersekian detik. M
dengan cairan bening sudah
s merah di pipi Roland. Tamparan itu sangat keras. Naasnya, menyak
ir bening akhirnya terjun bebas, dan Tika buru-buru mengusapnya. "Sekarang kau sudah ta
remeh ia beralih pada Dewa. "Hei anak muda, berapa dia membayarm
ksikan, seketika terhenyak. Lebih lag
ali lipat, asal kau tingg
alan tangan Dewa sudah terangkat hendak menghanta
saja dia berspekulasi seperti apa yang diinginakn. Kita hanya per
, Dewa juga merasa sangat bodoh sudah mau menuruti permintaan Tika. Perempuan itu sudah melampaui batas k
ini rencanan
rumah. Menyisakan Dewa yang lagi-lagi hanya bisa menahan kemarahan atas apa yang terjadi. Cerdik. Rupanya Tika sudah me
oland tidak mengejarku setelah apa yang terjadi hari ini. Pes, apes. Tau begin
*
engitari setiap sudut ruang tengah, tetap tidak menemukan keberadaan perempuan i
u Tika. Tapi naasnya, sudah hampir satu jam menunggu, Tika t
at di lantai satu, termasuk dapur. Entah kemana perginya bibi yang tadi sempat menyuguhkan minuman u
suami. Bukan malah dia yang melakukan ini padaku,
yata mengarah ke halaman samping. Kendati tidak menjamin apakah Tika ada di sana, setidaknya Dewa
narnya?" Dewa semakin jauh meninggalkan pintu kaca.
ikan Tika. Terlebih mulai muncul kecemasan setelah tidak juga menemukan perempuan itu, Dewa kurang memperhatikan jalan yang akan dipijak.
Ini tidak