Dendam Seorang Pelacur
bak seorang lelaki jantan. Sedetik kemudian, asap tebal dari dalam mulutnya terbang ke udara setelah ia meneng
man yang keras sampai paling keras. Di gudang itu pula ia menyiapkan dua ruangan khusus. Satu kamar untuk mengumpulkan gadis-gadis yang ia culik dari
jadi soal, asal bisa mendatangkan uang yang sangat banyak. Sejak Fredi masih berumur 12 tahun, ia sudah mulai jadi pencopet, bandar obat dan barang-baran
r, terselip diantara jari-jari Fredi yang duduk di tepian ranjang menunggu gadis yang dibawa Ellee, wanita yang tadi ia temui di depan ha
nggasak perempuan pacar ayah perempuan itu. Fredi ingin membalaskan dendam, ia akan menghancurkan anak gadisn
as
u hingga terhuyung tepat di depan Fredi . Dengan tawanya yang mengekeh kenca
uug
adis itu dengan kencang dan
engan seksama sebelum ia bertanya lagi kepadanya, "Hmmm, siapa nama kamu, gadis cantik?!" tanya Fredi , menatap
rtanyaan Fredi . Gadis itu hanya menundukan kepalanya sembari menangis
" ucap Fredi , lalu kembali menghisap sebatang cannabis ditangannya sebelum kemudian ia menyerahkannya
cannabis yang disodorkan Fredi , ia pun pergi mening
ak tangisnya benar-benar terdengar mengkhawatirkan, Felisha berusaha menghindar, memundu
rwarna merah menyala. Kedua paha Felisha yang sempat terbuka saat ia bergerak mundur, membuat rok yang dikenakan Felisha tersingkap, melihat putih dan mulus
naik ke atas ranjang dan siap menerkam Felisha yang sedari tadi berteriak-teriak dengan histeris. Tendangan dan pu
ar, Felisha hanya bisa menghabiskan air matanya. Ia kembali menjerit sejadi-j
hhh! Toloo
raukannya, ia terus saja menarik, merobek dan melemparkan kain-kain yang terkoyak dari tubu
gi terhalang suatu apapun. Hanya beberapa detik saja, yang tersisa dari tubuh Felisha hanya
jeritan Felisha terdengar semakin menipis, tangisannya pun mulai perlahan menghilang. Fredi tidak ingin lawannya hanya diam tanpa perlawanan, dengan segera ia mena
" ucap Felisha , suaranya terdengar lemah, ia benar-benar merasa put
n gerakan penuh napsu, ia mulai menjelajahi buah di dada Felisha yang tampak ranum, muda dan masih kencang bulat sempurna t
angan Fredi bergerak ke segala arah menyusuri lekuk tubuh indah dari gadis itu. Mulai dari meraba wajah cantiknya, lalu turun ke dada, hingga akhirnya bermuara di tengah-tengah pangkal paha Felisha , lalu de
... to-tolong jaaangaaa
h tidak dapat lagi menahan berahi yang m
rghhh! Huh
nar semakin habis. Terdengar serak, parau dan mulai
tangan Fredi yang menarik paksa celana paling dalam miliknya. Satu detik lalu, celana berbentuk segitiga miliknya masih melindungi area paling sensitif dari tubuhnya,
bulu-bulu halus di tengah-tengah kedua pangkal pahanya terlihat dengan sangat jelas di mata F
agian dari tubuhnya yang sudah sedari tadi berdiri d
enar hampir menghilang. Sebelum Felisha menutup kedua matanya, Fredi mendorong pinggulnya dengan sangat keras dan cepat, hingga tubuhnya benar-benar meny
! Le... lepasss
g-ulang. Jepitan dari rongga kecil yang masih original itu benar-benar menghisap dan mengurut batang kelelakiannya. Fredi memejamkan kedua mat
ya kamu ternyata masih di segel, yaa
annya menjulur meraih kedua bukit kembar yang membusung di atas dada Felisha . Ia meremas, memeluk dan memelint
lai membasahi kening, sementara napasnya terdengar semakin terseng
e atas bibir Felisha yang dengan segera melipat dan menutup bibirnya kuat-kuat. Merasa ia tidak diberi aks
ucap Fredi dengan n
ambar bibir Felisha dan menjelajahi rongga mulut Felisha dengan lidahnya yang begerak liar di dalam rongga mulut Felisha . Semen
l Fredi yang menusuk dan menarik batang kelelakiannya dengan cepat, kemudian kembali menikamny
ntiiikkk! A.. a-ak
irnya melemas saat lahar putih panas dari dalam tubuhnya men
shhhh... Enaaaakk ba
Felisha dengan sangat liar dan penuh napsu yang menggelora. Kedua tangannya lalu merangkum kedua buah di dada Fel
tertawa, lalu mengatur deru napasnya. Felisha tampak membuka kedua matanya setengah, berusaha untuk memicingkan m
rang di bawah lantai lalu kembali mengenakannya. Untuk beberapa detik, Fredi tampak mengabaikan Felisha yang masih terkulai lemas di a