Dendam Seorang Pelacur
melakukan pengundian lagi. Setelah beberapa kali, akhirnya Katrok yang mendapatkan giliran kedu
lam dadanya, tampak bergegas memeluk wajah Felisha dengan tangan kirinya sebelu
Euuuuumm
ke dalam mulut Felisha dan menekannya, lalu sedetik kemudian ia kembali menarik dan membenamkannya lagi secara berulang. Terus, lagi dan lagi
posisinya. Lalu, dengan sekali gerakan, ia benamkan seluruh area ba
phh.... hu
benar-benar berada di titik keputusaannya yang paling uj
takan pinggulnya tampak bertenaga, hingga deru napasnya terdengar sangat memburu. Tubuh Felisha terlihat bergoya
yang tanpa henti mencekik leher dan menusukan batang kelelakiannya ke dala
cewek ini nikmat bangeett!
enyaksikan penyatuan tubuh rekan-rekannya itu, ia tampak mas
beda sama cewek di pengkolan..
ng sembari menutup kedua matanya, meresapi kenikmatan yang sangat be
ggelamkan tubuhnya ke dalam rongga kewanitaan F
alu kembali membenamkan sebagian tubuhnya yang tumpul itu hingga menyatu t
ngan nyawanya. Ia benar-benar dalam keadaan setengah sadar. Rasanya, setelah
ak menetes dari dahi dan ujung kepalanya cukup deras. Dengan napas yang terdengar tersenggal-senggal, ia terlih
enegang, satu teriakan panjangnya sampai ter
hh... enaaaa
ementara Felisha terdengar semakin merintih, menjerit tanpa suara. Airmatany
tubuh Felisha . Supri benar-benar sudah sangat tidak bisa menahan diri. Dengan terburu-buru ia menancapkan batang kelelakiannya dengan sekali hen
. Ia terlihat mengerang dan menjerit saat sesuatu yang mendesak keluar dari dalam tubuhnya. Cairan lahar putih yang kental s
um yang sangat lebar. Seperti biasa, ia berniat menyimpan video itu sebagai jaminan, agar Felisha selalu menu
t untuk dijual kepada para hidung belang yang memiliki kuasa dan uang berlimpah. Berapapun angka
upri kembali menggilirnya hingga berkali-kali. Mereka berempat melakukan itu sembari menikmati berbagai maca
dan Supri terkulai saling menindih. Sementara Eddie, dengan kepala meny
ap bagian tubuhnya. Ia menangis sejadi-jadinya, menatap penuh dendam dan amarah ke empat orang preman yang tergeletak sembar
Felisha memilih pakaian mereka yang dirasa cukup untuk tubuhnya. Setela
mar gudang itu, tatapannya benar-benar menyala penuh api dendam dan amarah yang sa
ia laknat itu. Lalu, ia kembali menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Dengan langkah
an satu buah pistol lengkap dengan alat peredam di ujungnya. Dengan tangan gemeta
an getir yang sangat mendalam, ia menaruh telunjuk tangan kanannya di pelatuk pistol. Satu
karena pengaruh minuman dan obat-obatan terlarang, sama sekali tidak bereaksi. Lalu, dengan langkah perlahan dan masi
rna putih. Ranjang itu kini sudah berubah menjadi ranjang berdarah. Penuh dengan ber
Untuk beberapa saat, ia hanya menekukan kedua kakinya dan meme
Dengan sekuat tenaga ia mengabaikan rasa sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, dan mulai
nya yang masih tersisa, menembus malam ke arah hutan di seberang jalan samping gudang ter
enjadi seorang pembunuh. Rasanya itu masih belum