Menikah Demi Perceraian
. Menggigit bibir bawahnya sedikit kuat, guna meredam kegugupan yang seketik
uh dengan tempo cukup cepat, Reva mati-matian berusaha untuk tidak menunjukan, bahwa ef
erak acak, menatap permukaan dinding yang tiba-tiba len bercanda sama Bang Gevan, Uncle
p gemas Reva yang kikuk juga begitu salah tingkah di hadapannya it
lkan keberanian, mempertemukan lagi manik mata hazel indah
agak gemetar, wanita cantik itu tersenyu
O
"Ngomomg-ngomong, Uncle gak mau lepasin aku? Mau sampe kapan, kayak gini? Punggung Un
mata jelaga indahnya menilik Reva, sampai is
n tidak jelas, mencoba menyembunyikan kecanggungan. "Uncle bukannya tadi mau sarapan
hendak turun dari kursi yang sedang diduduki, jika sa
nya, hingga permukaan punggung wanita cant
p manik jelaga Vero yang tengah menatapnya lekat,aya mau ganti menu sa
ertautan, membersamai mata yang memicing, menatap Vero, setengah kaget, juga bingung. "Uncle mau sarapan pake apa? Mau aku masakin?
, lalu mengge
uat sarapan? Pesen aja, giman
ang repot, kalau kamu b
a. Gak ngasih solusi sama sekali,"
lalu saja memiliki susunan kalimat cukup panjang untuk
n, maka akan dibalas lebih oleh Reva
va acap kali membuat Vero gemas bukan main, hingga tak kuasa mena
amu aja buat menu sa
i-lagi sukses dibuat membola, setelah rungunya mendengarka
edikit dorongan. "Uncle ini ada-ada aja. Aku itu manusia alias orang. Kalau Uncle gak ngerti bahasa Indones
eka dekat, sebab hanya dengan sedikit dorongan dari Reva saja, pribadi tampan itu langsung menegakan tubuh -
si, berdiri tepat di hadapan Vero, tanpa mengalihkan sedikit pun at
u kamu i
apa bilang, mau jadiin aku
memastikan, jika dirinya memiliki cukup banyak ruang untuk sekadar menghindar, jika saja tiba-tiba sua
kan kamu, pasti bakal lebih ngenyangin, daripada sekedar makan roti pake selai
cle mau jadi kanibal? Jangan, ya? Mau ngikutin jejaknya Om Sumanto? Sekarang beliau
Om kamu? Kamu punya Tant
ri aku, masa aku cuman sebut namanya aja, kan gak sopan. Takutnya, Om Sumanto punya Mas Indra ke tujuh,
rkan kekehan, mendengarkan Reva mulai meracau deng
at. Gak mungkin lah, dia jad
ecara perlahan, hingga akhirnya berhen
a pantry, berjarak lebih kurang hanya ti
keningnya yang mengernyit, keheranan. "Iya juga ya. Tapi kenapa, kita jadi bahas Om Sumanto? Uncle mau ngajakin ak
ang mulai,
jukan raut wajah juga sorot mata lugu, tanpa dosa. "Emang, tadi
lalu menaikan alis sebelah kiri saat ia kembali mempertemuk
ilang, mau jadiin aku sebagai pengganti menu sarapan U
kenapa ka
malah bahas unboxing-unboxing aku lagi. Ak
h. "Kamu yan
ilah sembari mendelikan mata, menatap Ver
lagi ngobrol s
, Uncle. Jangan dia
uat ngelakuin apa pun ke kamu. Mau grepe-grepein kamu, mau unboxing kamu, kamu bilang boleh." Vero bertu
ngan ke tepian meja, ia ikut mengambil langkah, mundur secara teratu
kalau gi
ak, menatap Vero k
tek bikin