Aku Bukan Pengemis Nafkah, Mas
rt
r. Memangnya ke mana semua uangnya. Kamu itu sudah dikasih tahu supaya jangan boros-boros ta
aku memang hanya bisa memasak ketiga menu itu saja dengan uang
keadaan sekarang ini, semua harga barang-barang naik. Apalag
erluan yang lainnya. Semuanya butuh uang, Mas. Setidaknya kasih tambahan supaya aku bisa membeli
berinya uang sebulan enam ratus ribu tapi setiap makan, suaminya selalu disajikan makanan enak-enak, pintar aja si Hayati mengatur uangnya, masih banyakkan kamu dikasih uang tapi mengatur begitu saja nggak bisa, malah
ur keuangan keluarga, tak seperti aku yang dianggap boros. Padahal orang yang dibandingkan deng
nggi dengan gaji yang kutahu katanya lebih dari lima juta perbulannya dan setiap kutanyak
itu termasuk menyenangkan hati Mamanya, Maryam yang selalu tahu kapan Mas Reyhan gajian. Sementara aku sebagai istri harus mengemis nafkah setiap ia gajian dan tidak pernah ia ber
keliling untuk kebutuhan makan di rumah, apalagi memberikannya p
n di rumah, Mas. Boro-boro lah mau kasih Ibu
ggap bahwa Ibuku akan datang untuk meminta beras atau lauk. Melihat kelakuannya kadang membuatku malu karena b
ulu juga kutempati bersama saat masih gadis dulu. Kasihan Ibu tinggal di rumah sewanya sendirian. Untuk makan setiap hari, Ibu hanyalah buruh cuci di rumah Bu Kamila dan sesekali menjadi pencuci piring di acara nika
kayak makanan sapi begitu, siapa coba yang mau makan, kamu aja sudah makan sama anak
da, terpaksa bangkit dan mendekatinya lal
ng ini aku lagi nggak pegang uang cash," al
kus dua puluh lima ribu, uang yang kamu kasih semalam
lai membuka dompetnya. Aku tahu kalau uang lembaran di dompetnya banyak. Ia begitu ketakutan jika aku mendekat meli
ing terus sayur sama sam
melangkah ke luar pergi ke warung nasi padang yang ada di ujung jalan de
mpok isi dompetnya. Benar-benar tersinggung dengan sikapnya. Aku memang beberapa kali melihat isi dompetnya, tak bermaks
metar, aku membukanya dan ... Ya Tuhan, aku temukan uang lembaran seratus ribuan yang begitu banyak dan aku memperkirakan uang di domp
li peralatan mandi seperti sabun mandi, pasta gigi dan lai
idup kamu tapi nggak usah juga kebanyakan gaya, kalau peralatan mandi habis ya kamu hemat aja pakai yang
n mandi pun aku tak pernah mampu membelinya. Padahal aku meminta uang padanya karena aku melihat banyaknya uang di dompetnya, Mas Reyhan memang betul-be
annya yang panjang persis rel kereta api, Mas Reyhan memperlakukanku layaknya
inya di