icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Aku Bukan Pengemis Nafkah, Mas

Bab 4 Part 4

Jumlah Kata:1048    |    Dirilis Pada: 13/01/2024

rt

gak? Soalnya aku nggak punya uang buat jamin

alias tidak aktif. Kutarik napas kecewa. Mungkin saja sebagai reseller harus butuh moda

a sudah ludes, mau tak mau aku harus menahan lapar, memilih berbaring, memejamkan mata karena besok pagi-pagi sekali harus b

*

rumah, sebab aku yakin sebentar lagi Ibu mertuaku dengan ucapan tak meng

dan begitu buah hatiku bangun, aku langsung memandikannya juga menyusuinya. Perut rasanya terasa sangat lapar sekali hanya saja tidak ada la

junya kemarin. Dan aku sangat hapal dengan baju yang ia pakai, baju jaman i

emarin belum kamu kasih, aku mau beli sayur matang di depan soalnya perutku lapar,

i kemasan botol, menoleh dengan tatapan tak senan

a uang karena semua uang gajiku lima juta persis dipake Ibu buat acara. Sudahlah cepat bersiap, sebentar lagi kamu harus kuantar ke rumah Ibu, Ibu sudah nanyain kamu dari tadi untu

harusnya menjadi tugasnya memberikannya ke padaku setiap hari, dengan alas

knya tugas di sana, apalagi untuk menyiapkan porsi kurang dari dua puluh orang harus kulak

eralasan ikut menyambut tamu di tempat acara dengan tujuan mendapatkan jodoh teman sekantor Mas Reyhan. Aku bisa apa, sel

i sana, kamu tetap di dapur saja jangan sekali pun ke luar karena untuk urusan menyiapkan makanan di luar ada dua orang anak

rnya tahu bila aku ini adalah istrinya, Mas Reyhan sampai rela mengupah kedua anak honorer daripada harus membiarkan aku ke luar menampakkan diri. Bu

n uang untuk makan saja ia sangat pelit padaku. D

ulah tujuan mereka melibatkanku dalam acara, persis hanya tukang masak saja.

lebih dua kilometer dari rumah kami sekarang ini. Begitu sampai, aku langsung masuk ke dalam

ng kalau sudah punya kebiasaan molor ya begitu, sengaja datang telat biar nggak capek urus kerjaan di

nya, membiarkan ia bermain disana, setidaknya ia bisa sambil kuawasi sa

ng-ujungnya, Dinda malah jatuh dari ranjang, aku tahu Yulia asik bermain handphone sehingga tak memperhatikan anak semata wayangku itu yang memang sedang aktif-ak

an ayam hingga sayuran sampai proses membuat bumbu dan memasak, aku yang melakukann

nya persis dua sendok dan menyuapnya ke m

ikit gitu sudah nggak sabaran makan, terlalu banyak yang dimakan terus nanti

inggang melihat ke arahku dengan pandan

lakku. Padahal perutku masih keroncongan. Baru juga nasi d

bun bi

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka