Cerita Horor Dan Misteri
t dengan Kampus. Ruangannya nyaman untuk di tempati mahasiswa sepertiku. Ruangan itu di cat hijau lembut. Kamar itu berukuran 3x3 meter pe
laptopku dan menyalakan musik kesukaanku. Tidak lama kemudian aku tertidur. Sesaat setelah aku tertidur aku melihat ada orang yang berjalan masuk ke kamarku menuju kamar mandi. Aku
i dalam?" kataku
ada ja
agak sedikit marah karena ada ora
i. Kali ini terdengar
au tidak menjawab." kataku sambil ber
g, dan, BRAK! Pintu kamar mandi berhasil aku buka, tapi aneh, tidak ada siapa-siapa di dalam. Kemana orang tadi pergi? Di sini tidak ada jalan keluar selain pintu ini. Apa aku yang salah terhadap pandanganku tadi? Ah gak sa
*
barju serba merah, kulitnya putih banget."
gak ada yang keluar kamar atau berjalan
?" rasa takut mu
luar cuma kita bertiga. Kita ga
k," kataku sekaran
*
a melupakan kejadian tadi. Kuputuskan Andre
pa murung gitu
samamu," kataku sambil
rita apa?"
selesai, wajah Andre tampak seperti sedang memikirkan s
ja. Mungkin kau itu lagi kecapean kal
, kayak habis di pakai." jawabku yan
enang aja. Masa ada s
t lebih tenang dan lega. Setelah itu aku dan Andre memutuskan untuk berjala
*
entar dan mengirimkan e-mail kepada saudaraku, menanyakan kabarnya di sana. Karena lelah, aku putuskan untuk tidur. Aku mengun
ng yang berpakaian serba merah memasuki kamar mandiku, dan bedanya sekarang orang itu berlumuran dar
*
idak tahan terhadap semua ini. Ketakutanku tidak dapat di sembunyikan, atau
n sudah aku kunci? Masa lewat jendela? Jelas tidak mungkin, karena tidak akan cukup jika di
kos berada. Sesampai di sana ak
u bayar kos?" kata ibu
ceritakan sesuatu
hal bodoh ibu tidak ada waktu,
sebentar, Bu. Ini ak
yang ingin k
ami kemarin. Setelah selesai, raut wajah ibu kos berubah. Rautny
lihat adalah Alexan
itu Ale
hembuskan na
arahan hebat, hingga dia kemudian di temukan meninggal dengan menggenaskan di kamar mandi. Hingga sampai sekarang orang yang menempati kamar itu selalu diperlihatkan sosok Alexandransedang berjalan di kamar mandi. Hing
r kaget sekaligus shock. Aku berjanji akan pinda
*
alam. Sepi sekali suasana di luar, mungkin penghuni kos yang lainnya sudah tertidur. Hawa dingin tiba-tiba menyergapku. Hembusan angi
i belakang tengkakku. Membuatku jadi merinding. Tiba-tiba lampu mati, suasana benar gelap
engagetkanku. Lalu terdengar bunyi derap kaki. "Tap ... ta
buhku. Aku mulai melafalkan doa-doa memungkinkan kejadian yang tidak enak yang akan terjadi nanti. Ada yang menaiki kakiku, seperti sebuah beban
erlumuran darah. Matanya terlihat seperti sedang menangis, dan wanita itu berjalan semakin m
ak akan menyakitimu,"
bisa tenang di sana. Bakar kalung yang ada didekat lemari. Kalung berliontin huruf 'A'. Tidak ada orang yang tahu. Sepi, kot
*
ya. Aku masih kebingungan, badanku terasa capek sekali. Aku kemudian bangun melihat jam berapa sekarang. Jam sudah menunjukan pu
ku? Mengapa semua ini terjadi?"
a juga membicarakan tentang kalung, dia menyuruhku untuk mencari kalung dan kemudian membakarnya. Aku bertanya-tanya, ada apa dengan kalung itu? Kenapa dia ingin aku membakarnya untuk membuat nyawanya bebas? Ah, tapi ak
*
, isinya aku keluarkan semua. Aku cari-cari di sekitar lemari juga tidak ada. Aku bingung, lem
long aku, aku mohon." Kalung yang ada di dekat lemari. Berliontin huruf 'A'. Sepi dan kotor. Tiba-tiba sesuatu
*
beberapa bangku yang sudah usang ada tikus yang melewati kakiku. Aku menjerit, betapa menjijikanya tempat ini. Apa tempat ini tidak pernah di sentuh oleh manusia? Benar-benar menjijikan. Sesaat setelah itu aku melihat lemari
ngambilnya, tapi ketika sampai di bawah, aku tidak lagi menghiraukan bola tadi. Perhatianku tertuju pada kotak
alamnya berisi surat. Aku memba
exandra yang
: Kek
nya bisa memberikan kalung ini. Penyakit Leukimiaku sudah mencapai tahap akut. Aku tidak mampu untuk berjalan lagi, badanku
ulis. Jadi begitu jawabanya. Alexandra merasa tidak bebas karena surat dan kalung yang di beri kekasihnya ini. Di kotak itu terdapat kotak kecil lagi berwarna biru tua. Aku membukanya, ada sebua
*
n kejadian itu. Mungkin Alexandra sudah tenang, tetapi suatu ketika pada malam hari saat aku sedang tertidur, aku t
h, sampai ju
n itu bayangan Alexandra pun menghilang. Aku