Cerita Horor Dan Misteri
bruar
s ini ke kamar sebelahmu, siapa t
ga baru pindah, sehingga banyak barang yang harus kami tata. Untung saja rumah baru kami sanga
dari sana dengan sangat jelas. Pucuk-pucuk pepohonan melambai-lambai, seolah-olah mengajakku untuk pergi ke sana, tapi memang itu keingi
mbantu ayah dan ibu, hingga waktu senja datang menjemput kami. Setelah menutup se
*
nan musik rock yang datang dari kamar kakakku sangat menyiksaku saat itu. Me
ar-benar tid
g lumayan keras, dan membuat lantai kamarku bergetar. Aku langsung bangkit dan memasang teli
angkah kaki berlari menaiki tangga dan melewat di depan kamarku. Setelah itu suara langkah kakinya tak terdengar lagi. Kupikir itu adalah kak Dona yan
a?" tanyaku sambil menge
ata di dalamnya sama sekali tidak ada siapa-siapa, dan jendel
seorang anak perem
.. Tolong
r-benar
pa i
ng ak
menemukannya, dan meski aku sudah berbaring di kamarku, suara menyeramkan itu
*
kan aku membiarkan kaset rock
kamar kakak mati setelah ada suara jendela dibanting itu. Lalu
pagi. Aku ceritakan semuany
enyum mendenga
amu hanya
sehingga, yah halusinasimu mulai ber
rbiasa pasti ti
a yang diceritakannya selalu ditanggapi dan dipercaya. Aku dan dia kan hanya beda 5 tahun. Aku kelas
kan datang menginap di sini."
Biarkan mereka memilih kamar ya
ang tuanya yang kaya raya membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Semua yang diinginkannya selalu dipenuhi. Di depan orang
saja mereka tidur di kamar
menat
milik rumah ini agar harga jualnya dipotong sehingga tidak terlalu mahal, dan pamanmu
ketika mereka datang. Kalau kau berbuat yang tidak-ti
dengan matang. Makanan mewah dihidangkan di meja makan yang panjang dan
memilih kamarku
*
ut tipis dan sebuah bantal yang keras. Menyebalkan. Arine hanya tersenyum puas s
tak bisa tidur. Telinga kupasang baik-baik. Tetapi saat itu sama sekali tak ada suara apa-apa. Satu jam pun berlalu. Tidak, tidak satu jam. Tetapi pukul 11 lewat 59 menit 55 detik. Jam dinding terus kuperhatikan dan kuhitung d
a sesuat
pintu dan berusaha membukanya. Tetapi tidak bisa. Terkunci! Padahal pintu itu tak
" teriak
aku! T
asuk melewati jendela besar di sana. Aku tak henti-hentinya menggedor pin
dur di sebelah ruangan tidak mendengarku sama sekali. Ayah, ibu atau K
l sebelumnya lampu berwarna putih terang. Aku masih menghadap ke pintu, berjalan mundur perlahan-lahan ke belakang. Debu dan sarang laba-laba menghiasi setiap su
r membuat jantungku lepas. Ada sesuatu yang membuat urat nadiku hampir putus, membuat kakiku b
menghadap ke arahku. Gadis itu memakai baju daster hingga ke lututnya. Seluruh tubuhnya berwarna putih pucat, rambut hitamnya yang
ui hidung dan mulutnya. Kakinya yang telanjang bergelantu
kali. Ini bukan rumahku
memaksa tanganku membuka pintu itu. Tetapi p
BU! TOLO
*
bruar
ng ak
u ia disekap di dalam kamar kosong tanpa ada yang menemani seorang pun. Hanya dua buah obor yang terpajang
dan boneka, Lisa terbujuk dan menuruti perintah pria-pria itu. Lisa dibawa ke suatu tempat yang jauh sekali dari rumahnya. Ia disuruh masuk ke dalam sel yang penuh dengan jeruji mirip seperti penjara. Di sana, ban
dak bisa bertemu dengan kedua orang tuanya, padahal di kejauhan sana, orang tua Lisa sangat panik mengetahui anaknya
Anak Terus
idak tahu tentang itu, yang ia tahu, pasti anak yang dipanggil akan dibawa pergi ke
an malam sangat mencekam dan menyiksa dirinya. Baju daster selutut sudah dipakainya selama sem
ndela itu, namun ketika melihat ke bawah, hanya sungai kotor dan hutan yang tampak. Belum lagi ketinggiannya mencapai beberapa meter, dan anak-anak itu terlalu takut untuk meloncat ke bawah. Pada saat itu
dar dari semua itu. Ia sangat marah. Marah pada dirinya. Seharusnya, anak berumur 10 tahun sudah bisa menjaga diri sendiri. Ia m
at sejumput tali tambang di sudut ruangan. Tangisnya mendadak berhenti. Ia berpikir, ia pasti bisa melakukan sesuatu dengan tali itu. Pasti. Lisa tersenyum, dan tertawa terba
ngan sangat erat. Lalu di ujung lainnya, ia membuat simpul tali melingkar seperti sebuah lingkaran. Kemudian ia berbalik dan memas
*
penjualan anak itu pun sudah dibersihkan dan dijadikan sebuah rumah megah. Tetapi jendela bes
bangunan itu saat tanggal 28 Februari, ia akan ikut m
*
bruar
is dan bantal keras. Lampu di ruangan itu masih berwarna putih terang, dan sama sekali tak ada debu atau sarang laba-laba di sana. Lantainya juga ber
at ia disekap di sel. Suara jendela dibanting keras itu tak lain adalah ketika Lisa mencoba kabur dan membuka jendela, tiba-tiba angin kencang datang membantingnya. Lalu suara tapak kaki orang itu pasti
un berada di bangunan itu saat tanggal 28 Februari, ia akan
perem
tah
-janga
i jendela itu sudah tergantung sesoso
ri