Terjerat Dendam Pernikahan
ragedi P
Wajah yang sudah dipoles make-up tipis tersebut sudah membuat Denara Maurenza begitu cantik dan anggun.
gera menggeser layar ponsel dan membaca p
kecantikan darimu, sweety. Seg
melaju membelah jalan raya untuk menuju ke sebuaminya. [ Hehehe, bersabarlah sayang. Aku akan datang kepadam
kadar Video Call? Sungguh aku ing
Tunggulah sampai aku tiba di gedung pernikahan kit
ntalah sopir pribadiku un
i penasaran, pasti wajahmu saat ini
mu lari dan beranjak sejenak dari kukunganku! ] Lagi-lagi Reyza
nya? Hahaha ] diujung kalimat, wanita yang mengenakan g
aja nanti.
ir tidak bisa dikendalikan sebab rem blong. Membuat wajah cantiknya terlihat pucat. Apalagi saat
uu
n kental warna merah tersebut menetes dari kening, telinga dan juga hidung. Denara terpental keluar dan kepalanya
nafas terakhirnya seketika. Sementara wanita di sebelahnya h
g bertabrakan tersebut saling berhamburan keluar. Reyzain menyeret langka
ng mengenakan tuxedo warna putih yang senada dengan Denara. Saat langkahnya semakin dekat, dan ketika
erus-menerus mengalir dari tempurung calon istri. Ia segera membopong tubuh lemah
akkan di brankar dan memasuki ruangan ICU. Sayangnya
medis memeriksanya!" cegah perawat wa
ra, semoga kau baik-baik saja. Bagaimana bisa kau mengalami kecelakaan saat ki
tunya adalah sopir pribadinya. Juga sahabat dekat calon istrinya, Valenzuela dan A
ih tiga puluh menit, Dokter
engatakan sesuatu!" ucapan yang ambi
. Bagaimana keadaa
anan menuju ke rumah sakit. Kami sudah berusaha membuat jan
Reyzain. "Tidak mungkin! Dokter pas
kter. Meskipun terpaksa, dokter itu melakukan
egera mendekatkan dua alat kejut
Ia bahkan sudah melihat pada alat elek
Jou
dokter berseru
ali, mencoba menampik kenyataan bahwa orang yang dicintainya telah berpulang ke pangkuan sang Pen
sikkan, "Sayang, hei. Ayo bangun. Jangan bercanda. Bukankah
arah jam dinding. Mengumumkan berita kematian. "Pa
engan menepuk-nepuk wajah Denara yang pucat. Meskipun tak ayal, wajahnya tet
tinya? Hmmm, sekarang kenapa kau malah tidur?" rancau Reyzain dan
ubuh calon istrinya tersebut dengan langkah lunglai
Denara. Lelaki yang memakai perban dan sedikit pincang
iliar tersebut lantas menjawab, "Bagaimana bisa calon istriku me
m gendongan itu sudah meninggal. Lidahnya terlalu k
emasuki gedung, rem mengalami blong.
rai mobil tersebut, dan laporkan padaku deng
Denara di jok mobil. Kali ini, ia sendiri
sakit kepala yang begitu hebat. Pandangan merotasi ke sekeliling ru
ghentakkan tubuhnya menjadi duduk. Ia segera tur
tanyanya lembut dan ia berusaha meno
un mau tidak mau, dokter per
ih anda terlambat di bawa
tanya Velenzuela