RAHASIA IBU MERTUAKU
akit, ya?" tanyaku, m
alu membuat aku merinding melihatnya. Matanya menatap liar ke arahku.
ni Ibu lihat!" ucap i
tapi kembali aku urungkan kare
mpai ibu menyentuh tubuh kamu, apalagi perut kamu! Abaikan saja semua yang kamu deng
ku memundurkan langkahku. Aku memutar otak m
tah ibu, bibirnya melebar masih
entar ya Bu, aku mau ke toi
ajahnya. Tanpa membuang waktu, aku gegas berbalik, m
tertinggal jauh dari kota. Di kota tempat keluargaku tinggal, toilet dan kamar mandi sudah menyatu
i belakang. Mungkin saja ibu masih menatap punggungk
sekan batang bambu menimbulkan bunyi berisik saat diterpa angin. A
bali ke kamar juga. Merasa situasi sudah aman, aku bergegas kelua
an karena rumahnya yang terbuat dari kayu. Melainkan jendela rumah yang hanya ditutupi menggunakan plastik terpal tanpa ada pengamanan apapun. Hany
inya. Ini semua aku lakukan atas dasar perintah dari mas Harto. Aku tidak tau apa a
lang?" tanyaku, mela
u dibelikan apa?" tanya mas Harto,
ama kan? Perutku tadi sakit Mas,
detik. "Terus ibu bilang apa? Ib
to membuat keningku mengkerut. Pertanyaan y
t. Tapi aku ingat pesan kamu, jadi aku beralasan ke kamar
u ibu pegang Mas? Apa tidak
i aku untuk tidak berdekatan dengan ibunya. Ia seperti ketak
mah ya! Sebentar lagi aku pulang. Diam di kamar saja! Kunci pintunya d
" sahutku, memutuskan untu
dengar suara berisik. Entah dari mana asalnya. Di rumah ini terdapat tiga buah kamar. Satu kamarku dengan mas Harto, satu lagi kamar
t aku simpulkan berapa gaji yang bapak dapat. Pasti tidaklah besar seperti gaji para karyawan pabrik. Tapi, yang menurutku aneh di sini bukan karena pekerjaan bapak. Melainkan uan
u memang baru satu tahun ini menikah. Itu pun baru beberapa bulan ini tinggal di rumah ini. Kalau bukan karena pekerjaan mas
ggh.
an selalu melanda jika hanya tertinggal sendiri di sini. Ibu bukan tipe wanita yang banyak bicara seperti ibu-ibu pada umumya. Ibu jug
kamar mencari asal suara. Rasa pe
?" tanyaku, menget
suara adzan. Pintu kamar ibu tidak terbuka sama sekali.
pa kamu di sit
ah ibu yang baru keluar dari kamar y
ku kira di kamar ibu se
kah, sedikit menghindar. Aku benar-benar takut sekaligus heran. Bagaimana ibu keluar
ari Ibu?" tanya ibu, suaranya lembut,
a-apa Bu. Emh, ak
t Bu!" teriak seorang p
, memiringkan kepalanya
ng kalau di luar ada yang mengantar barang. Aku buka pi