TEROR KOS BU TEJO
tujuh. Raut wajahnya cemas, setiap beberapa saat mengecek pintu p
rnah lepas dari doa-doa yang ia rapalkan dari mulutnya. Wanita itu s
, mondar mandir dengan raut gelisah, tak p
apa bisa ada pisau lipat di kama
setelah kembali dibayang-baya
Tejo penuh yakin. "Saya tahu betul seluruh isi kamar di dalam
s terdia
n pisau lipat itu tiba-tiba ada di
bisa jelasin hal itu," j
en. Hal itu menarik atensi Joko dan Wisnu diseberang koridor,
erlihat jelas mimik wajah khawatir yang dip
dalam kondisi yang parah. Pasien diperkirakan mengonsumsi mak
ucapan penuh lega menghia
ingkan sedikit kepala, m
sejak tadi siang 'kan, Bu?" ta
ngundang perhatia
sna ndak ada bungkus makanan apapun, bersih,"
ihatan lagi. Kalo kita asumsikan dia di kamar sejak jam segitu dan udah
besar pasien akan meningg
eruh, oksigen yang masuk ke da
uh dengan waktu yang lama, maka bakteri akan masuk ke dalam darah dan menuju ke organ vita
t," tukas Joko. Mengingat wanita itu ditemukan
s makanan, tapi tiba-tiba keracunan. Gimana bisa?" Rengganis mengernyit dahi, lir
anyakan langsung jika pasien sudah sadar." Wanita berjas put
rjadi sama kamu," gumam Bu Tejo d
kursi tunggu. Otaknya berputar memikirkan r
asnya memburu, meringis kembali mera
*
amar," cetus Rengganis tak dapat
ap Bu Tejo sebelum kemudian me
tu tangannya terangkat memijat pel
uluan. Selepas melihat keadaan Mbak Trisna yang sud
duanya sepakat untuk menjaga
sekali." Rengganis segera mengunci pi
angit kamar, seberkas ingatan kembali
lipat di atas nakas. Diamatinya benda
ini ada di kamar Mbak Trisna. Apa ada hubungannya
tajam. Sekali saja menggores tangan, Rengganis y
anis masih belum juga terlelap. Matanya seolah tak ingin ter
srr
a-tiba menyelus
sangat mengenal irama itu, suara keyboard dari kom
mungkin,"
dadak berdetak
au masih harus dirawat hingga beso
Rengganis sesaat keringat dingi
apa lama. Sialnya, sedetik kemudian terdengar b
?" seru Rengganis m
berhenti. Namun, tak ad
dor...
nis ragu untuk membuka pintu, dia mencoba kembali
lnya. Jantung Rengganis sep
rkejut dan melangkah mundur. Meski berat, rasa penasaran mem
atkala Rengganis membuka gorden, da
usil malam-malam!" rutukn
angannya kembali men
ngan melintas, mata Rengganis sontak membelalak, mu
bir Rengganis b
ingan yang semakin mencekam. Ditambah lagi, dengan s
is ... t
. tolong s
in bergetar, dengan p
panggilnya pelan dengan suar
ak minta tolong pada pemilik indekos. Ia terus berusaha mund
ep
lon
ambu