MENYUSUI TUYUL
ah oleh keringat dan air hujan. Langkahn
'alaikum! Rel,
Farrel dengan langkah gon
ti-tidur
ambruk di ambang pint
monyet bangun woi!" Farrel menggu
juga membuka mata. Bu Halimah dan Pak Haji Imran yang terbangun hendak sh
pingsan begini Nyet, siapa yang suda
a tidur malah rame sendiri. Mana ada monyet?"
iba ambruk!" jawabnya tanpa menoleh
h pemuda yang terlihat memprihatinkan di depannya. Lalu, Pak Haji Imra
titah Pak Haji Imr
entara dirinya shalat tahajud. Sekembali dari shalat tahajud, laki-laki paruh baya itu merasa heran ketika mengamati wajah Dana
a Danang dan bertanya lirih, "
ak kata tetapi entah mengapa seperti orang tuna wicara. "Aa ... uuu ...," ucapny
masalah sewaktu di
kok. Tadi juga, sebelum pingsan dia juga bicara, kok. Woi Nan
g ibu sambil men
u kita bawa dia ke rumah sakit
tiba tangannya dipegang oleh Danan
terbata. Dia mengambil handphone miliknya ya
angan bawa aku ke mana-mana, Rel. Aku takut, orang itu tahu, aku sudah melih
a kamu, Nang?
h. "Aku lihat Pak Duki di pinggir sawah,
ot
terjatuh ke lantai bersamaan de
rah. Sekarang anak saya tidur terus, nggak dapat bicara, tangannya jug
tang yang pagi itu ikut rapat di sana. Laki-laki itu mencoba untuk tenang walaupun
ala Desa Karanglor, meminta Pak Bintang dan istri untuk pindah dari d
a ini kalau memang kalian mencurigai kami. Tetapi, saya tegaskan sekali lagi, jika kami sudah pind
ya bisa menggelengkan kepalanya. Dia menatap ke arah Pak Lura
usir Mas Bintang dan Mbak Alisha itu atas dasar keputusan setiap warga atau atas d
ran?" tanya Pak Lurah
ambil keputusan sepihak dengan mengatasnamakan musyawarah, musyawarah yang mana? Kenapa saya sebagai bagian dari pamong desa tidak dilibatkan? Dan
ni
annya sebentar. "Apa Anda juga sudah cukup bukti untuk menguatkan dugaan Anda sekalian, t
tidak boleh melakukan tindakan yang hanya berdasarkan 'katanya' satu dua orang yang berakhir jadi fitnah. Bagaimana kalau untuk membuktikan kebenaran du
tuj
ju, P
, bagaimana kita bisa membuktikan?" tanya seorang la
alau Pak Bintang cari pesugihan, Pak?" sahut Pak Agus yang diangguk
m ha
dari kampung sini, Mas?" tanya
"Aku nggak nyangka Dik, semua akan jadi begini. Apa nggak sebaiknya
akan terbuka pada semua orang tentang pekerjaan aku. Percuma sekarang aku bicara, mereka nggak ak
i dadanya. Laki-laki berwajah ganteng itu memeluk tubuh s
jadi sesuatu sama kamu
. "Mas tenang saja, masih banyak orang yang baik di sekitar k
Kemudian Bintang mengajak istrinya menuju ke kamar. Tak berapa
pasnya yang masih memburu. "I love you my wife," bisikn
ve you too, Mas," balasnya, lalu menenggelamkan wajahnya di d
p pelan rambut sang istri
telinganya yang terlatih itu, me
isiknya pada sang istr
sih, hm
ngannya. Sembari kembali berbisik. "Ssst, kamu
sambil berbisik dan memakai
ri laci nakas dan menyelipkan di pinggangnya. "Kunci pintunya
ng segera keluar dari dalam k
tubuh jangkung sambil menyerang tubuh
, laki-laki bertubuh jangkung yang tak lain adalah Farrel itu,
i yang tadi beradu pukul dengannya, tepat
itupun terhuyung dan jatuh ke tanah. Sedangkan laki-laki yang bertubuh tinggi dengan penutup kepala tadi segera m
ari woi!" teriak F
ang tadi sengaja dilemparkan laki
Farrel yang berjongkok menatap
enyipit. Bintang mendekat dan mengamati b
ullah, seb
rwarna putih di depannya. Mereka saling pandang, k
darah, apa maksudn
nda tersebut. "Saya juga kurang tahu Pak, tadi saya pulang dari rumah Danang
di aku juga dengar, Mas. Aku juga
ya Farrel dengan
ngar suara laki-laki dewasa dan anak
isik dengan orang dewasa. Pas aku keluar, lihat Mas Farrel b
engan postur t
kira-ki
n berbisik lirih yang membuat
Agu