MENYUSUI TUYUL
kung itu kembali bersuara dengan nada penuh penekanan. "Jangan asal fitnah, kalau kalian sendiri nggak ingin difitnah. Pak Bintang datang
nggalkan Farrel. Farrel hanya bisa menggeleng-gelengk
l pesugihan, maka Desa Karanglor seolah menjadi desa mati. Setiap ba'da isya para penduduk desa yang bia
Seperti biasa, tidak di dalam warung, melainkan duduk di atas motor dan bangku panjang di depan
ring menangis. Katanya melihat Kang D
ak-anak Kang, pasti dia
to Pakdhe?" tanya Bu Siti menimpali
ti di halaman warung. Sontak sang pemilik warung
mau tutup nggih, Budhe?
di tinggal pesanan orang, ngapunten
t ke arah meja lain di mana masih banyak dagangan milik Bu Sit
Budhe, assal
alam, Mas B
a, dia selalu menyempatkan membeli gorengan berupa pisang
rrel yang baru saja memarkirkan mot
full facenya. "Sudah habis Mas Rel, tinggal
k sopan. "Monggo
ngok ke arah dalam warung. Kening pemuda itu berkerut
h banyak kok, katanya habis
a nggak jadi diambil!" jawabnya gugup, tetapi F
tu melihat jelas kegug
Setelah menghabiskan kopi dan sedikit gorengan,
warung kopi itu tutup sampai jam 2 dini hari. Walaupun masih banyak dagangan yang belum
akbola yang ramai jika siang hari s
Siti. "Yu, kok wes tutup, ( Mbak, ko
umber suara. Suara laki-laki yang sangat familiar kare
laki-la
al beberapa h
h pucat pasi. Bibir laki-laki berpakaian lusuh, layaknya orang yang bekerja di kebun itu terse
g ... Du-Kiii
ubuh tambun Bu Siti amb
ak jauh dari Bu Siti yang ping
imis, pu
suruh jalan begitu?" prot
ai seragam salah satu perguruan pencak silat itu menggaruk rambut nyentrikny
ain, yang juga bersiap untuk pulang ke rumah masing-
ke Desa Karanglor. Sambil bersenandung, pemuda itu mengendar
dan. Sesekali dia menyilangkan tangan kirinya di depan d
tepi sawah, apa orang nyari kodok? Tapi,
dapati laki-laki paruh baya tersebut duduk
membuat pemuda yang berada di atas motor tersebut terkejut. "Lha, Pak Duki?
as lega saat motor yang dikendarainya telah memasuki perkampungan penduduk. Diapun memelankan laju motorn
bannya," umpatnya u
h gerimis, bertemu hantu dan ban motornya kempes. Sed
atnya lagi sambil melirik jam
02.1
leh keringat bercampur air hujan. Saat itulah, tanpa
Pemuda itu menajamkan penglihatannya dan matanya semakin membulat sempurna, b
pohon. Perempuan itu tampak menoleh kanan kiri memastikan situasi saat itu aman. Dan setelah it
bukan bayi biasa, karena tidak mungkin juga jika anak manusia dibiarkan telanjang begitu saja
ullah hal adzim, menyusui tuyul?" Kem
*