KARMA_Memeluk Cinta Yang Terluka/ Penyesalan Mantan Suami
ri meja prasmanan. Namun saat dirinya berbalik, hampir saja ia menabrak dada bidang seseorang pria. Pria itu memang sengaja
od dari salah satu merk parfum ternama, masih jelas di indra penciuman Kirani. Aroma ini dulu yang membuat angannya melayang. Aroma ini dulu ya
i. Suara itu, aroma parfum ini, adalah milik orang yang sama. Orang yang de
ada yang tertutup jas abu-abu itu. sejenak
ang pada Danu yang sengaja berdiri tadi di belakangn
saja, izinkan aku berbicara denganmu," pinta
tadi Ayah Sofia sudah memperhatikan mereka, terutama gerak gerik Danu. Abdul Gani
sebelah Sofia. Entah mengapa anak ini sedikit tak suk
rani begitu sopan. Tangannya pun sambil men
sesekali memperhatikan ke arah mereka. Firman pun bel
abarmu?" tanya Danu sambil melirik wajah
jawab Kirani pelan. Wanita
kuburan anak kita?
n cukup jauh, juga karna aku kerja di TK
, nga
ja, kalau ngajar harus minimal D.
a yang hanya petani juga karna cepat menikah. Setelah menikah dengan
bertanya. Apa saja yang ia tanya, hanya
an rekan-rekan guru, juga orang tua murid. Bisa sedikit
aku." Danu
h berlalu." Kirani m
ikan nafkah untuk Kirani, selagi mantan istrinya itu belum menikah, namun dengan sopan Ki
saya, cukup-c
Tak banyak yang di jual, hanya yang penting-penting saja. seperti bumbu dapur, detergen, sabun mandi juga jajanan. Halaman samping rumahnya yang luas, dig
t kemudian dititipkan di warung sekolah. Untuk beras, tak perlu khawatir, alhamdulillah, meski tinggal di desa, namun orang tua Kirani meninggalkan warisan sawah tiga
beranjak. Ada yang harus Danu beritahukan pada Kirani. Hal penting dalam hidu
nu menyebu
bentar namun tak menata
kamu untuk, aku?" Danu be
a tak menyangka mantan suaminya akan menanyakan hal ini. sementara sendok yang berisi mak
sanya dikhianati." Jawab kirani dengan pelan. Meski hatinya sediki
ekanan. Danu menjelaskan dengan cepat. Berharap Kirani memberinya kesempatan kedua. "Dia hanya ingin m
ila-gila. Bahkan ia sempat mengirimkan foto-foti dirinya dan D
kaca yang mengaburkan pandangan itu. kaca embun yang tiba-tiba datang mengumpal hampir sa
wajahnya pun nampak seperti orang gusar. Beberapa rekan kerja bahkan memeprhatikan mereka, dan ada dua rekan kerja
" Kirani rasanya ingin pulang saja. ia tak menyangka hari in
an
as!" bergetar
" Ia tatap wajah yang s
nggak
yum yang rasanya sudah lama tak menghiasi wajah