Ipar Posesifku
s sebagai pekerja kantoran. Selain itu, juga karena harus bertemu lagi dengan Galang setelah pertemuan tanpa sengaja tempo hari d
dalam," kata Arman sesamp
arin, aku menceritakan semuanya. Perihal aku yang menggunakan kartu identitas lamaku untuk melam
anak kecil harus diante
ja. Nanti akan kubantu mencar
Hanya it
menghidupimu dan Rania," katanya lagi, lirih. Dia ta
n, aku segera turun dari mobi
terulur ketika aku h
lagi,
m berapa?
lang sendiri. Kau juga pasti
r, setelah manajernya yang lama ditarik ke kantor pusat Jakarta enam bulan lalu. Pekerjaan sehari-harinya l
semena-mena. "Kalau kamu pul
endengarkan perkataanku dan selalu saja memutuskan hal yang berkaita
ng akan terjadi hari ini, aku sudah menyiapkan diri. Mungkin aku akan
ngar Galang bicara dengan nada kesal, membuatku menimbang-nimbang akan
pasti akan jadi masalah lagi. Apalagi sekarang juga sudah jam masuk kantor. Ja
ra Pak Wira terd
lahan. "Selamat pagi
Wira menyambutku dengan ramah. Sementara Galang
Galang tanpa basa-basi setelah aku
u. Saya nggak bohong, kok. Status s
k yang memanggil kamu mama?" Galang me
ia selesai bicara!
erja untuknya, sepertinya ia pu
ira kembali memberiku k
ak bohong, kan. Saya ingin menunjukkan kompetensi saya, Pak. Beri saya kesempatan paling tidak satu
tu bulan ini bekerjasama." Ah
ertinya ia masih belum bisa
a satu bulan ini. Lagipula kita sudah
sudah minta chef masak semua menu kita untuk konten socmed. Nanti kalau sudah selesai difoto, makanan itu b
awabku dengan
ira mengepalkan tangan kanan
gangguk lalu melihat Pak Wi
Jatuh cinta? Dia udah punya anak istri, ya!"
di depan Galang. Kutahan-tahan amarahku. Sabar, Nadia, paling j
ibawa-bawa ke kantor. Telat ngantor karena anak
ku lalu pergi dar
ya satu persatu dengan berbagai angle. Aku harus menabung konten p
sudut kafe sambil memainkan gawainya
arus memotret Bapak d
andangannya tidak beralih sedikit
asi goreng di hadapannya. "Maaf, Ba
di atas meja, namun tetap mengikuti
sedikit ke
anan, tapi tidak usah
pak pindah ke sebel
arang sen
kaku begitu. Nah, cakep! Eh-eh senyumn
ku, lantas membanting sendok garpu di atas
difoto-foto, kurang inilah, itulah! Sepanjang saya menjadi model,
alah. Padahal sebenarnya jengkel setengah mati.
kafenya juga, ia pun lantas mengambil kembali sen
oto. Setelah nasi goreng, kuletakkan mie sapi lada hitam di mejanya,
p jendela, duduk sambil makan, memegang makanan di atas piring sambil berdiri lalu berjalan. Andaikan bisa, kusuruh seka
membagi-bagikan makanan ke karyawan, tentu saja aku men
akan yang ma
k fresh, kena debu, di bawa ke ma
gitu saya bagikan
instruksi dari Pak Wira. Setelah memastikan semua kebagian, aku lantas mencari
Wira memilih juru masak. Baru aku hendak meni
n saya
ndongak ke arahnya "Lho, tad
u ini gimana, sih. Attitude pa
menuju dapur. Setelah memesan makanan aku kembali ke meja.
kanan saya?"
tnya. "Apa? Makanan kamu?" tan
a, semua yang ada
kanan ini." Aku menunjuk mie sapi
mati kelaparan. Kamu mau bunuh saya,
as panjang. Akhirnya, kubiarkan saja dia menghabiskan
api kuingat masih ada satu hal lagi yang
f. Bisa minta n
an Galang tertawa, memang ada
lain. Minta fotolah, minta tanda tangan, sampai min
dak sembarang memberi n
ok tenar sekali b
apnya lagi pe
karang. Bahkan saya nggak tahu sama sinetron apa tuh, Aroma Cinta? Emang bagus, ya? Saya m
sontak berubah. "Enak aja! Berani
k, lho!" Heran, sama kafen
u nanti kafe ini terkenal setelah saya posting di sosmed, berarti ketenaran kafe s
bilang sama Pak Wira, minta